Saturday, May 3, 2014

Sekjen PENA’ 98 tuding aktifis bela Prabowo, syawat hidup sejahtera

Sekjen PENA’ 98 tuding aktifis bela Prabowo, syawat hidup sejahtera




LENSAINDONESIA.COM: Sekjen PENA’98, Adian Napitupulu mengritisi amnesia sejarah terhadap berbagai peristiwa kelam yg penuh kekerasan, intimidasi dan penculikan yang dilewati bangsa ini tidak bisa diobati dengan obat-obatan kimia, jamu, pijat dan urut maupun mantera2.


“Satu2 nya obat mujarab hanya bisa dilakukan dengan terus menerus mengulang cerita demi cerita kekelaman itu dari hari ke hari. Tentunya, cerita itu disampaikan tidak untuk menularkan ketakutan tetapi mencegah berulangnya kembali kejahatan serupa di masa yg akan datang,” kata Napitupulu dalam keterangan persnya, Jakarta, Sabtu (03/05/14).


Baca juga: Mahathir dukung Jokowi, Anwar lebih fair soal siapa pengganti SBY dan Gerindra tidak takut niat koalisi dengan Golkar gagal


Napitupulu sependeapatbahwa bercerita fakta-fakta sejarah untuk mencegah berulangnya kejahatan atas kemanusiaan adalah kewajiban kemanusiaan bagi setiap manusia berakal budi yg sehat pikiran serta hatinya.


Untuk itu, lanjutnya, apa yang dilakukan aktivis ’98 yang bergabung dalam PENA 98 maupun kelompok lain yang secara tegas menolak Prabowo sebagai Capres tidak bisa dipandang semata-mata sebagai bagian dari kompetisi politik. Melainkan, sebagai bagian dari tugas mulia yaitu berupaya mengobati amnesia sejarah sebagai tahap penting dalam perjuangan menegakan Kebenaran dan Keadilan.


“Ketegasan aktivis ’98 menolak Prabowo harus didukung semua pihak. Karena hukum sejarah mengatakan kediaman terhadap kejahatan hanya akan membuat si pelaku mengulanginya dan orang lain menirunya,” tegas Napitupulu.


Disisi lain, menurutnya, jika ada segelintir aktivis 98 yang dicuci otaknya oleh kepentingan politik, mungkin akan berusaha menutupi fakta-fakta sejarah. “Lebih jauh lagi, bahkan bisa memutarbalikan sejarah dengan mencitrakan pelaku kejahatan menjadi pahlawan.”


Walau demikian, tegas Napitulu, “Hendaknya kita yang sadar dan terus berjuang menyadarkan rakyat tidak membenci segelintir aktivis’98 yang saat ini sedang kehilangan kesadaran terhadap sejarah. “Justru sebaliknya, kita harus dengan kesabaran dan ketelatenan berusaha memperbaiki struktur ingatan mereka, yang mungkin saja menjadi rusak karena kerasnya benturan syahwat politik. Atau, ilusi kesejahteraan yang umumnya dijanjikan tiap pelaku kejahatan,” sindir aktifif ’98 ini.


alexa ComScore Quantcast

Google Analytics NOscript

0 comments:

Post a Comment