LENSAINDONESIA.COM: Perolehan suara Partai Hanura yang hanya pada Pileg 9 April lalu, hanya sekitar 5 persen semakin berbuntut polemik di tubuh partai besutan Wiranto.
Wakil Sekretaris Jenderal Partai Hanura Kristiawanto mengatakan, selama lima tahun sejak 2009, sangat wajar sekali konsolidasi yang dilakukan Partai Hanura menghasilkan suara 5 persen meskipun seharusnya bisa lebih. Bahkan, dia menegaskan capaian itu bukan karena HT (Hary Tanoe Soedibjo) –bos MNC–, namun karena kerja keras calon legislatif (caleg) Hanura seluruh Indonesia dengan biaya mandiri.
Baca juga: Hanura raup lima persen, karena Hary Tanoe tidak konsisten dan Kampanye Hanura "Kunyitkan" alun-Alun Pacitan
“Dan, kami berterima kasih pada 10 partai yang sudah bergabung dengan Hanura,” kata Kristiawanto, Jakarta, Senin (05/04/2014).
Selain itu, kata Kristiawanto, kader Hanura yang meminta dirinya mundur dari partai itu merupakan “penumpang gelap”. Hal itu menurut dia, dirinya tidak tahu orang tersebut dan baru mendengar.
“Saya baru mendengar namanya, kalau saya sebagai pimpinan partai namanya sudah diketahui dari Aceh hingga Papua,” tandasnya. Rupanya, Kristiawanto berkeyakinan semua itu hanya suara “abal-abal” alias angin lalu.
Diketahui, kabar yang berkembang, Kristiawanto diminta mundur sebagai reaksi terhadap pernyataannya yang mengritisi peran HT sebagai penanggungjawab Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP Hanura yang tidak berdampak. Bahkan, Kristiawanto juga mendesak HT mundur.
“Kalau perlu HT mundur. Balik ke habitatnya sebagai pengusaha. Kalau mau bersedekah, ya untuk bangsa. Jangan masuk ke politik, tapi tidak mengutamakan kepentingan bangsa,” ujar Kristiawanto sebagaimana dikutip Inilahcom, Jumat (25/4/14).
Selanjutnya, Kristiwanto menanggapi reaksi atas kekritisannya menjaga partai, ya, dia menekankan Hanura wajar apabila harus mengevaluasi capaian Pemilu 2014 untuk perbaikan di masa depan. Kristiawanto menegaskan, Wiranto selalu menyampaikan bahwa hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.
Dia mengatakan juga perolehan suara partainya di Pemilu 2014 merupakan efek dari ketokohan Wiranto sebagai Ketua Umum Hanura bukan peran Badan Pemenangan Pemilu yang dikendalikan HT.
“Sekali lagi saya tegaskan perolehan (suara) Hanura di Pemilu 2014 karena ‘Wiranto effect’ bukan karena faktor HT yang gagal dalam tugasnya sebagai Ketua Bapilu Hanura. Saya sudah mendengar keluhan masif dari DPC maupun DPD Hanura se-Indonesia,” ujarnya
perolehan suara Partai Hanura 2014 karena ketokohan Pak Wiranto sebagai tokoh bangsa dan pengawal reformasi yang namanya melekat di hati rakyat. Menurut dia, rakyat tahu integritas dan kemampuan Wiranto yang layak jadi pemimpin bangsa.
“Perlu diketahui di Pemilu 2009, Hanura sebagai partai organik (semua elemen ikut bergotong royong ikut membiayai partai), itu sudah mampu mencapai 3,77 persen,” pungkasnya. @endang
0 comments:
Post a Comment