LENSAINDONESIA.COM: Pengamat politik dari Indonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo galau mencermati perkembangan suhu politik Pilpres sepekan terakhir ini. Kedua kubu peserta Pipres saling menyerang terkait opini, mulai mengarah menyerang fisik.
Walau begitu, Karyono Wibowo menyayangkan jika ada kesengajaan pembiaran membangun isu lewat kampanye hitam yang mengandung unsur fitnah.
Baca juga: LSN-DKI: Fahri politikus amoral, sebut Capres pilihan rakyat sinting dan PDIP dituding sarang PKI, ini jawaban anggota DPR anak PKI
“Pertarungan politik saat ini 75 persen ke opini. Siapa yang bisa membentuk opini, merekalah yang akan memenangkan pertarungan,” tegas Karyono saat dihubungi Licom di Jakarta, Jumat (4/7/14).
Pertarungan dalam membangun isu dapat dilihat melalui isu yang dimunculkan kedua calon. Karyono memberi contoh, bagaimana kubu Jokowi mengritisi isu pernyataan Fahri Hamzah dari tim pemenangan Prabowo-Hatta, yang menyebut Jokowi “sinting” melalui kicauan di akun twitternya.
Pernyataan Fahri berpeluang dimanfaatkan kubu Jokowi sekaligus untuk membangun sentimen negatif santri terhadap pasangan Prabowo-Hatta.
“Sentimen negatif santri, balik menyerang Fahri yang notabene mengarah pada calon Prabowo-Hatta,” ungkap Karyono.
Faktanya, isu dengan muda menuai protes dari berbagai santri di seluruh Indonesia dan mendesak Fahri untuk minta maaf lantaran dinilai menyakiti banyak kiai dan santri.
Yang mengejutkan seperti ada counter isu. Selang beberapa hari, muncul isu tandingan, kali ini, menyudutkan pihak Jokowi-JK dengan mengkaitkan PKI kawan dekat Jokowi dan bersarang di PDIP.
Karyono menganalisis, kemungkinan jadi penangkal isu Jokowi Sinting ala Fahri politisi PKS. Ihwal isu komunis itu muncul dihembuskan teve milik Ketum Golkar, Aburizal Bakrie.
“Mungkin dianggap membahayakan (dampak) akibat pernyataan Fahri, maka kemungkinan atau bisa jadi dibuatlah isu tandingan yang mengkaitkan PKI kawan dekat Jokowi sebagai isu tandingan,” papar Karyono.
Bola liar isu PKI pun menjadi tak kalah seksi dibanding Jokowi sinting. Faktanya, massa PDIP di Yogyakarta terpancing. “Penyegelan kantor TVOne Yogya karena merasa pemberitaan mengaitkan Partai Komunis, sangat menyudutkan pihak Jokowi,” ungkapnya.
Karyono mengingatkan, isu tersebut bisa menjadi blunder lantaran masyarakat sudah cerdas dan sadar.
“Isu PKI akan jadi blunder. Isu itu tidak akan laku, orang tidak lagi percaya karena masyarakat semakin sadar. Isu itu terlalu ekstrim. Mengatakan isu dengan PKI yang bukan korelasinya, masyarakat akan melihat itu seolah mengada-ada, dan akan membuat sentimen negatif pada pengusung isu itu sendiri,” kata Karyono, mengingatkan.
Karyono mencermati lebih jauh dan meyakini bahwa saat ini masyarakat sudah menentukan pilihannya sesuai hati dan keyakinan calon mana yang akan dipilih. Permainan isu-isu itu tidak akan berpengaruh banyak mengubah keputusan pemilih.
“Itu tidak akan mengubah pemilih Jokowi pindah pilihan lain,” ujarnya.
Karyono berharap adanya suhu politik semakin panas, masyarakat diharapkan tidak terpancing isu-isu yang direproduksi para elit politik. Agar tidak mudah diadu domba.
IPI, tegas Karyono meminta kedua kubu (peserta Pilpres) agar tidak melakukan cara-cara kotor atau melanggar norma hukum seperti kampanye hitam.
“Semua pihak harus menahan diri agar tidak terus melakukan kampanye hitam yang bisa memperkeruh suasana dan berujung konflik horizontal,” katanya.
Masyarakat, lanjut Karyono, sudah bisa menilai mana konflik horisontal yang diciptakan elit politik dan konflik murni.
“Masyarakat tidak muda terprovokasi dan tidak terpancing. Jangan sampai teradu domba, demi keutuhan bangsa ini,” pungkasnya. @yuanto
0 comments:
Post a Comment