Saturday, November 1, 2014

BNN gadungan teror warga via-ponsel, peras Rp25 juta lewat BRI

BNN gadungan teror warga via-ponsel, peras Rp25 juta lewat BRI




LENSAINDONESIA.COM: Hati-hati petugas BNN (Badan Narkotika Nasional) gadungan beroperasi via ponsel pada dini hari sampai pagi untuk mempedayai masyarakat dengan dalih melanggar narkoba, bertujuan pemerasan. Kejadian ini menimpa keluarga Ny Handayani di Surabaya, hingga diperas dan dipaksa transfer uang Rp25 juta lewat rekening BRI Nomor 3352-0103-3386-534 atas nama Andika yang disebut berpangkat Bripka (gadungan).


“Siapa yang tidak shock dan panik, pagi-pagi setelah salat Subuh ditelepon kalau anak saya ditangkap karena bawa narkoba,” ungkap Ny Handayani kepada Licom, Sabtu (1/11/14).


Baca juga: Pasutri dokter gadungan divonis 18 bulan penjara dan Karyawan BCA gadungan, tipu nasabah hingga ratusan juta rupiah


Ny Handayani kebetulan dua anaknya bekerja dan menetap di Jakarta. Kedua anaknya itu, yang sulung bernama Fitra (28) dan anak kedua bernama Sari (27 tahun). Keduanya masih bujangan dan tinggal di rumah indekos secara terpisah. Ny Handayani dan suaminya yang berkerja di sebuah perusahaan swasta tinggal di kawasan Wiyung, Surabaya.


Karena diberitahu via ponsel bahwa anak gadisnya tertangkap membawa Narkoba, Ny Handayani nyaris pingsan, seisi rumah panik. Berikut ini Ny Handayani (50) yang sehari-hari sebagai iburumah tangga dan suaminya, Yanto (53) menceritakan kronologi kejadiannya.


1. Sekitar Pukul 05.00 WIB, Ny Handayani baru selesai salat Subuh, ia mengemasi kamar. Tiba-tiba ponselnya yang tergeletak di meja kamar, berdering.

Ny handayani bergegas mengangkatnya. Di ponsel terdengar suara menyerupai anak gadisnya sedang menangis, petikan pembicaraan via ponsel seperti ini;


- Ny Handayani: “Halo..?!”


+ Penelepon perempuan (menangis): “Mama aku ditangkap polisi..”


- Ny Handayani (kaget): “Ada apa/ Kenapa kendaraanmu, Sari?!” (Mengira anaknya melanggar lalu lintas).


+ Penelepon perempuan (menangis rada histeris): “Aku dijebak narkoba, Ma.”


- Ny Handayani (tambah kaget, panik): “Haa..! Ditangkap karena Narkoba?! Papa.. Papa..!” (Histeris memanggil suaminya).


3. Yanto, suami Ny Handayani –duduk-duduk di ruang keluarga– mendengar isterisnya histeris, ia bergegas menghampiri dan menyahut Ponsel isterinya. Ayahsari ini langsung berbicara, berikut petikannya;


- Ayah Sari (panik): “Ada apa Sari?! Kamu dimana?!


+ Penelelepon perempuan (menangis): “Aku dijebak, Pa..”


- Ayah Sari (tampak panik): “Dijebak..! Siapa yang menjebak, Nak?!”


4. Saat ayah sari bertanya ini, suara di Ponsel langsung berganti suara seorang pria menggaku anggota BNN bernama Briptu Bambang –belakangan diduga kuat anggota BNN gadungan– berikut petikannya;


- Polisi gadungan (tegas): “Selamat pagi, Pak. Saya Briptu Bambang, anak Bapak kami tangkap karena saat kami lakukan razia, di dalam tasnya ada bungkusan berisi sabu-sabu dan ganja.”


+ Ayah Sari (panik): “Tidak mungkin, Pak. Saya tahu anak saya di Jakarta tidak mungkin kenal barang-barang gitu.”


- Polisi gadungan: “Bapak jangan panik. Anak Bapak mengaku dititipi barang temannya, itu yang akan kami kembangkan.”


+ Ayah Sari (masih panik): “Iya Pak. Pasti ada temannya yang sengaja ingin menjerumuskan anak saya.”


- Polisi gadungan: “Anak Bapak akan kami bawa ke kantor. Dia menangis terus. Kami sebenarnya kasihan, kalau anak Bapak sampai dijebak temannya dengan dititipin barang begitu. Tapi, saya perlu jelaskan, razia kami ini rutin, dan tidak peduli asal usul barang itu dari mana. Sekarang, Bapak ini ada di mana?


+ Ayah Sari (panik dan cemas): Saya dan ibunya di Surabaya, Pak. Anak saya itu memang kos di Jakarta. Di Jakarta, dia bekerja perusahaan baik-baik, Pak.


- Polisi gadungan: “Sebentar, jangan ditutup teleponnya, kami akan konsultasi dengan Komandan kami.”


4. Ayah Sari mendengar begitu, terdiam, namun semakin cemas karena mendengar suara anaknya menangis tadi. Isterinya di duduk didekatnya masih terus menangis histeris menyesali kejadian yang menimpa putrinya. Ayah Sari semakin panik begitu mendengar di dalam ponsel isterinya itu ada suara sirene –seolah dikejauhan– meraung-raung seperti sirine mobil pratoli polisi. Kemudian, suara (polisi gadungan) terdengar kembali di Ponsel itu, seperti ini;


- Polisi gadungan: Bapak dan keluarga tidak perlu panik. Komandan kami akan bantu supaya perkara tidak berlanjut, dan anak Bapak tidak diserahkan ke kantor. Soalnya, kalau sudah diserahkan di kantor, persoalan bisa tambah rumit, akan banyak anggota yang tahu. Sekarang ini, hanya komandan dan tim kami berjumlah enam orang saja yang tahu.


- Ayah Sari (cemas, penasaran): “Kantornya dimana, Pak?!”


+ Polisi gadungan (tegas): “Tim kami gabungan dengan anggota Polres Jakarta Selatan. Jadi, anak Bapak nanti ditahan di sana. Itu kalau kasusnya dilanjut.”


- Ayah Sari (semakin cemas dan penasaran): Tolong lah Pak, saya percaya Bapak bisa bantu anak saya. Saya yakin anak saya dijebak temannya. Kalau boleh saya ingin bicara dengan anak saya lagi, Pak!


+ Polisi gadungan (tegas): “Dia ada didalam mobil. Tadi, Komandan saya pesan kalau mau bicara dengan anak Bapak, diminta bertemu di kantor saja, kecuali kalau Bapak mempercayakan kepada kami untuk tidak diserahkan ke kantor.”


- Ayah Sari (rada lega): “Iya Pak saya minta dibantu. Kasihan anak saya, Pak.”


+ Polsi gadungan (tegas): “Nanti, saya sampaikan ke Komandan kami. Bapak harus memberi tanda terima kasih kepada Komandan kami. Tapi, Bapak harus komitmen tidak bocor. Kalau sampai ada yang tahu, anak Bapak akan susah ditolong. Bisa langsung ditahan. Keluarga Bapak akan tambah susah, karena hukumannya berat. Masa depannya bisa hancur.”


- Ayah Sari (semakin cemas dan panik): “Justru saya berharap ditolong, Pak. Tidak mungkin saya cerita-cerita aib ini Pak.”


- Polisi gadungan (tegas): “Kalau gitu Bapak harus cepat selesaikan sebelum jam delapan pagi. Karena waktunya apel.”


- Ayah Sari (penasaran): “Maaf Pak. Kalau boleh tahu, saya harus siapkan dana berapa, Pak?”


+ Polisi gadungan (tegas): Karena Komandan akan membagi dengan semua anak buah anggota tim kami, untuk biaya operasi biasanya Rp25 juta. Tapi, itu terserah Bapak. terserah, kalau bapak pilih kasus anak Bapak dilanjut. Resikonya, kasihan masa depan anak Bapak. Keluarga Bapak juga bisa tercemar, dan mengeluarkan biaya bisa lebih besar.


- Ayah Sari (tercengang): “Dua puluh Lima Juta?”


+ Polisi gadungan (tegas): “Iya, itu kalau Bapak bisa ngambil hati Komandan saya. Terserah Bapak, soalnya ancaman hukuman anak Bapak bisa enam sampai sepuluh tahun.”


5. Sambil tetap memegangi Ponsel, ayah Sari bicara lirih kepada isterinya tentang syarat putrinya bisa lepas asal disediakan Rp25 juta itu. Keduanya semakin panik, karena tidak punya uang simpanan apalagi sebesar itu. Mereka cuma punya simpanan uang tunai Rp500 ribu, karena tanggal tua. Ibu sari menyarankan kepada ayah Sari supaya telepon pinjam keluarga Ayah Sari. Lantas, Ayah Sari bicara kembali di Ponsel yang dibiarkan tetap “on”. Beriku petikannya:


- Ayah Sari (memelas): “Maaf Pak, saya tidak punya uang sebanyak itu. saya harus usaha pinjam dulu.”


+ Polisi gadungan (tegas): “Sekarang yang ada berapa, Bapak harus transfer dulu yang ada, untuk meyakinkan Komandan kami.”


- Ayah Sari (memelas): “Mohon maaf Pak, saya hanya ada uang tunai Rp500 ribu”.


+ Polisi gadungan (marah): “Saya tidak bisa jamin komandan akan bantu. Ini kalau dia dengar bisa dianggap menghina.”


- Ayah Sari (memelas): “Kodisi saya memang lagi susah, Pak. Saya akan cepat usahakan, Pak”


+ Polisi gadungan: “Kalau gitu saya akan konsultasi ke komandan. Bapak nanti bisa sampaikan langsung kepada Komandan saya. Tapi, supaya anggota tim mau tetap menunggu kabar Bapak, sekarang bapak cari Alfamart atau Indomart, silakan isi ponsel mereka.”


- Ayah Sari (tanpa pikir panjang): “Baik, Pak, terima kasih. Nomernya berapa, Pak.”


+ Polisi gadungan: Silakan dicatat ini; 082111118175, 081284328575, 085210273677, 085339134622, 081214600859. Kami tunggu, kalau sudah diisi, Bapak kasih tahu kami. Hp Bapak jangan ditutup, siapa tahu sewaktu-waktu komandan kami mau bicara sama Bapak.


6. Ayah Sari memerintahkan Ny Handayani untuk bergegas naik kendaraan motor menuju ke Alfamart yang jarak dari rumahnya sekitar 500 meter. Sedang, ia menggunakan


Ponselnya sendiri menelepon ke sana-sini untuk minta bantuan pinjaman. Setelah beberapa orang ditelepon tidak berhasil, Ayah sari menghubungi putera sulungnya yang di Jakarta, untuk membantu mengupayakan pinjaman. Fira, kakak Sari yang juga kaget dan panik saat ditelepon, ia janji mengupayakan dana sebesar itu. Tapi, dia minta diberi waktu. Sementara dirinya hanya menyimpan uang di ATM Rp 5 juta. Ayah Sari minta agar Fitra maumeminjamkan uang itu. Lantas, ayah Sari bicara lagi di Ponsel isterinya, yang tidak dimatikan dan tetap menghubungkan dengan polisi gadungan itu.


- Ayah Sari (panik): Halo, Pak!


+ Polisi gadungan (tegas): Bagaimana, Pak? Komandan kami baru pesan, Bapak segera kasih kepastian. Bapak harus ingat jangan sampai jam delapan, supaya Komandan kami bisa bantu, dan anak Bapak tidak diserahkan ke kantor.


- Ayah Sari: “Maaf, Pak, saya baru dapatkan pinjaman Rp5 juta. Tapi, saya akan tetap usahakan.”


+ Polisi gadungan (suaranya geram): “Kami gak bisa beri keputusan, Pak. Bapak bicara sendiri aja sama komandan kami. Tapi, jangan sampai menyinggung dia. kasihan anak Bapak kalau diserahkan ke kantor.”


- Ayah Sari (grogi): “Baik Pak, saya akan minta tolong komandan Bapak.”


+ Polisi gadungan (tegas): “Bapak tunggu sebentar, kami hubungankan ke komandan, jangan ditutup.”


7. Ayah sari semakin gemetaran. Sementara, isterinya masih terus menangis di sampingnya. Lantas, Ponsel Ayah Sari yang speaker-nya di on-kan terdengar ada suara berlogat seperti suara pria asal sumatera Utara, memanggil.


- Komandan gadungan (tegas): “Halo…”


+ Ayah sari: “Baik, Pak.”


- Komandan: “Selamat pagi. Benar, Bapak orang tuanya Sari?”


+ Ayah Sari: “Iya, Pak. Saya papanya Sari. Mohon dibantu, Pak. Kasihan anak saya, Pak. Dia pasti dijebak temannya.”


- Komandan: “Saya akan bantu. Tadi, Bapak sudah dikasih tahu anak buah saya?”


+ Ayah Sari: “Tadi sudah Pak. Tentang tanda terima kasih saya, Pak. Tapi, saya mohon diberi waktu untuk usaha, Pak.”


- Komandan: “Kalau gitu silakan bicarakan dengan anak buah saya lagi.”


+ Ayah Sari: Baik Pak. Terima kasih Pak, sebelumnya.


8. Ponsel terdiam sejenak, lantas terdengar lagi suara sirine seperti mobil patroli polsisi. Kemudian, terdengar suara anggota tadi memanggil.


- Polisi gadungan (tegas): “Halo, Pak..!”


+ Ayah Sari (gugup): “Iya, Pak, saya Pak.”


- Polisi gadungan: “Tadi, komandan saya bilang, Bapak transfer dulu yang sudah ada. Tapi, Bapak tetap usaha lagi, tetap ditunggu jangan sampai jam delapan.”


+ Ayah Sari (memelas): Baik Pak. Asal anak saya tidak dibawa ke kantor. Ditransfer kemana Pak?


- Polisi gadungan (tegas): Bapak catat nomer rekening BRI milik anggota tim kami, Briptu Andika.


+ Ayah Sari: “Saya ambil bolpoint dulu Pak.” Kemudian, “Sudah berapa nomornya Pak.”


- Polisi gadungan: “Ini nomer rekeningnya 3352-0103-3386-534, BRI an Andika.”


+ Ayah Sari (semnagat): “Sudah saya catat Pak. Saya suruh transfer dulu, ya Pak.”


- Polisi gadungan: “Silakan. Kalau sudah, Bapak bilang kami, biar dicek komandan kami. Tapi, hp-nya jangan ditutup.”


+ Ayah Sari: “Baik Pak.”


9. Ayah sari dengan penuh kecemasan, bergegas menelepon anaknya sulungnya. Isterinya masih menangis sesenggukan. Anak sulungnya setelah diberitahu nomer rekening, dia langsung transfer via ponselnya. Kemudian, anaknya itu balik menelpon ayahnya memberi tahu kalau sudah ditransfer.


- Anak sulung (penasaran): “Pa, kok perasaanku tidak enak. Coba Papa telepon HP Sari.”


+ Ayah Sari (rada emosi): “Ini tidak main-main, Mas. Sari tadi sudah bicara sama Papa sambil nangis-nangis, dia bilang, “Aku dijebak Pa, aku dijebak!” Adikmu bisa dipenjara tahunan lho, Mas. Keluarga bisa hancur”.


10. Anak sulungnya, Fitra mendengar si ayah bicara keras dengan nada emosi, dia tak menjawab. Kemudian, Ayah Sari memberitahukan kepada pria yang mengaku anggota BNN tadi.


+ Ayah sari (penasaran): “Halo…!”


- Polisi gabungan: “Bagaimana Pak, sudah ditransfer?”


+ Ayah sari (agak lega): “Sudah, Pak…”


- Polisi gadungan: “Baik, biar dicek komandan saya. Sisanya, Bapak cepat usahakan pinjam ke saudara-saudara Bapak. Kami tunggu, dan teleponnya jangan ditutup.”


+ Ayah Sari (gugup): “Iya, Pak, saya usahakan.”


11. Selanjutnya, Ayah sari berusaha menelepon saudara-saudaranya, tapi dia tidak memberitahukan kalau puterinya ditangkap polisi karena kasus Narkoba. Dia tidak ingin dipermalukan kejadian itu, dengan harapan anaknya bisa segera lepas. Setelah dua saudara dihubungi tidak ada yang bisa membantu meminjami uang, lantas Ayah Sari teringat kata-kata anak sulungnya yang menaruh curiga tadi. Lalu, dia bicara pelan kepada isterinya.


+ Ayah Sari: “Ma, tadi Fitra bilang disuruh menelepon Ponsel Sari lagi.”


- Ibu sari (marah): Ditelepon gimana, kan Sari tadi sudah nangis-nangis, Pa.


12. Melihat isterinya emosi, Ayah Sari tidak melanjutkan pembicaraan. Lantas, dia memberikan diri mematikan Ponsel isterinya yang diminta oleh Polisi gadungan untuk tetap dihidupkan. Ayah Sari melihat nomer ponsel kali pertama saat Sari bicara kepada ibunya dan dirinya, ternyata bukan nomer Ponsel Sari. dan, tiba-tiba ponselnya itu berdering.


+ Ayah Sari (penasaran): “Halo..”


- Polisi gadungan: “Kenapa Bapak matikan. Bapak jangan main-main, Komandan saya sudah menunggu, dia marah-marah karena jangan sampai keburu jam delapan.”


+ Ayah sari (beralasan): “Maaf Pak, maaf, saya gak tahu, kok tiba-tiba mati sendiri.”


- Polisi gadungan: “Bagaimana apa sudah dapat kekurangannya?”


+ Ayah Sari: “Saya masih usaha telepon ke saudara-saudara, Pak. Mohon ditunggu. Tapi, anak saya sekarang dimana, Pak?


- Polisi gadungan: “Itu masih ada di dalam mobil komandan. Cepat Pak usahakan kekuarangannya, kami tunggu. Jangan dimatikan hp-nya.”


+ Ayah Sari: “Baik, Pak.”


13. Ayah Sari yang gusar, kemudian mencoba menelepon nomer Ponsel Sari. Dan di luar dugaan, Sari menjawab. Sari mengaku baru saja mandi dan sedang berkemas-kemas akan berangkat kerja. Mendengar putrinya mengaku ada di rumah dan tidak terjadi apa-apa, apalagi seperti yang diceritakan sang ayahnya ini, kontan Ayah Sari lega dan tersadar bahwa telah ditipu. Dia seketika itu buru-buru bicara di Ponsel yang digenggamnya, sambil teriak-teriak penuh kemarahan.


- Ayah Sari: “Hai BNN gadungan anjing, kamu penipu, kamu bajingan, Awas aku bunuh kamu. Posisimu dimana sekarang, anjing…?!”


Ponsel isterinya itu mendadak mati tak ada lagi jawaban, kecuali hanya nada putus, tuts..tuts.. @licom_09


alexa ComScore Quantcast

Google Analytics NOscript

0 comments:

Post a Comment