LENSAINDONESIA.COM: Winarno Thohir, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Indonesia berharap bahwa komoditas jagung yang kini volume impor nya masih tinggi agar cepat di atasi menggunakan teknologi pertanian mutakhir untuk memenuhi kebutuhan industri pakan ternak di Indonesia.
Winarno mengatakan, langkah-langkah teknik budidaya terbaik, penggunaan benih unggul, advoaksi serta sosialisasi kepada pertani berikut penanganan pasca panen yang berkualitas diharapkan mampu jadi langkah konkrit mewujudkan peningkatan produksi di pertanian jagung.
Baca juga: Jatim siap jadi tuan rumah pekan nasional KTNA dan Genjot industrialisasi, Lamongan bertekat naikkan produksi pangan
“Sesuai dengan cita-cita pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk segera mencapai swasembada pertanian maka dukungan semua stakeholder diperlukan, termasuk pemerintah. Dalam hal ini pemerintah diharapkan memperkuat infrastruktur serta regulasi tentang penggunaan teknologi mutakhir dalam bidang pertanian,” ujar Winarno usai Panen Jagung di Taman Teknologi Pertanian Desa Banyubang Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan, Minggu (07/06/2015).
Winarno menambahkan, bercermin dengan negara-negara yang sukses meningkatkan produktifitas pertaniannya seperti Brazil dan Filipina. Pemanfaatan teknologi pertanian mutakhir juga diharapkan bisa mengatasi permasalahan mahalnya biaya Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang pertanian di Indonesia.
Optimalisasi teknologi terkini, berefek pada biaya produksi dan mampu dipangkas serta produktifitas per hektar lahan bisa meningkat. Tak hanya itu, terobosan teknologi juga diperlukan setiap menghadapi musim yang tak menentu akibat perubahan iklim.
Di kesempatan yang sama, Sholahudin yang belajar pertanian jagung di beberapa sentra jagung dunia mengatakan, pemanfaatan bioteknologi dalam pertanian diperkirakan mampu meningkatkan produktifitas hingga 20 persen serta menurunkan biaya produksi antara 20 persen hingga 25 persen. Artinya, ada potensi penambahan penghasilan petani antara 45 persen hingga 50 persen jika komponen mahalnya biaya pekerja juga diikutkan.
Sholahudin menambahkan, kini Indonesia belum mampu bersaing dengan produsen jagung dari luar negeri karena biaya produksi di dalam negeri masih tinggi.
“Jika bioteknologi bisa diterapkan di dalam negeri maka kami yakin peningkatan kesejahteraan petani bisa direalisaikan,” pungkas Sholahudin.@Eld
0 comments:
Post a Comment