Tuesday, December 30, 2014

Menkumham tawarkan “restorative justice” untuk Narapidana di Lapas

Menkumham tawarkan “restorative justice” untuk Narapidana di Lapas




LENSAINDONESIA.COM: Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkum HAM) Yasona Laoly mengeluh dengan keberadaan jumlah pengawas Lapas yang sangat terbatatas atau sedikit.


Hal itu diungkapkan pada salah satu daerah, misalnya ada 9 orang pengawas harus memantau 1.300 narapidana. Maka, menurutnya, harus ada penanganan terkait dengan tenaga lapas.


Baca juga: Menkum HAM klaim kinerja 2014 ada perbaikan kinerja dan Kacau! Panitera Pengadilan Ponorogo mogok, sidang 14 tahanan amburadul


“Dengan cara merekrut, kita udah ada draft MoU dan sudah sampaikan di rapat kabinet, kita mau mengalihkan temen-temen TNI yang bintara, yang pensiun 53 tahun kita alihkan jadi petugas lapas kita tentu dengan training sebelumnya. Kalau tidak, setiap petugas LP kita terutama masuk malam selalu berdoa dia, jangan ada yang melarikan

diri,” ujar Yasona di kantor Kemenkum HAM, Jakarta, Rabu (31/12/2014).


Menurut politisi PDIP ini, jika pemerintah ingin membangun lapas baru maka membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sehingga, lanjut Yasona, diperlukan solusi lain yaitu dengan meredistribusi Narapidana ke lapas yang masih lengang.


“Tapi ada persoalan, karena keluarganya. Kalau dia di Jakarta dipindahkan ke Jawa Timur keluarga enggak bisa jenguk,” terangnya.


Yasona pun menawarkan solusi yakni restorative justice, dengan cara yaitu Narapidana dengan perkara ringan dijadikan sebagai pekerja sosial untuk mempercepat memberikan kesempatan keluar.


“Supaya di dalam (lapas) tidak banyak. Misalnya melarikan anak perempuan orang lain, cinta sama cinta, orang tua enggak setuju, padahal sama-sama cinta. Kalau sudah berhasil perbaiki hubungannya, kenapa harus di dalam?. Jadi banyak strategi. Menambah lapas itu pasti, tapi uang kita terbatas,” Jelasnya.


Lebih lanjut dia mengatakan, yang menjadi perhatian saat ini diantaranya perbaikan pada lembaga pemasyarakatan (lapas). Menurutnya, masalah utama yang dihadapi adalah over kapasitas.


“Di beberapa daerah di Riau kemarin dari 300 kapasitas, 1300 orang di dalam. Jadi bisa kita bayangkan kondisinya yang sangat mengerikan sekali,” pungkasnya. @endang


co editor: yuanto


alexa ComScore Quantcast

Google Analytics NOscript

0 comments:

Post a Comment