Saturday, June 6, 2015

Eks Kasau kecewa Jokowi, JK: Tidak ada ketentuan giliran Panglima TNI

Eks Kasau kecewa Jokowi, JK: Tidak ada ketentuan giliran Panglima TNI

LENSAINDONESIA.COM: Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menegaskan, tidak ada ketentuan jabatan Panglima TNI harus bergiliran dari angkatan darat (AD), angkatan laut (AL) atau angkatan udara (AU).

JK menyampaikan pernyataan tersebut setelah dikonfirmasi soal calon pengganti Panglima TNI Jendaral TNI Moeldoko yang menghadapi masa pensiun. Terlebih, soal siapa saja yang dicalonkan sebagai Panglima TNI ini mendapat sorotan tajam dari mantan petinggi TNI AU yang menganggap Presiden Joko Widodo (Jokowi) kurang ‘berminat’ dengan calon dari AU.

Baca juga: Chappy Hakim sindir Jokowi picu moral personel AU runtuh dan Eks Kasau: Bubarkan Saja Angkatan Udara

“Tidak ada ketentuannya sekarang harus angkatan darat, angkatan udara atau angkatan laut. Tetapi, hanya siapa yang mampu, tentu Presiden akan memilih siapa yang mempunyai kemampuan hebat,” kata Wapres usai meninjau revitalisasi Bendung Gerak Sengkang di Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan, Sabtu (06/06/2015).

Menurut JK, dalam ketentuan Undang-Undang (UU) Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI hanya menyebutkan jabatan panglima diemban oleh bekas kepala staf yang sudah memangku bintang empat.

“Memang itu tidak tertulis, sebenarnya bukan menghabiskan, tetapi ketentuan itu memang tidak tertulis karena ketentuannya hanya seorang bekas kepala staf, yang artinya sudah bintang empat. Itu saja,” jelas Wapres.

Sebelumnya, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) Chappy Hakim, menyindir Presiden Jokowi yang ia anggap tak membutuhkan keberadaan matra udara. Kekecewaannya ia tulis dalam akun sosial media (sosmed) pribadinya kemarin.

Mantan Kepala Staf TNI AU era Presiden Megawati Soekarnoputri itu mengungkapkan, dalam hal ini keberadaan AU tidak dihargai sama sekali di negeri ini.

“Puluhan tahun keberadaan AU tidak dihargai sama sekali di negeri ini. Mungkin memang lebih baik dibubarkan saja dari pada terjadi degradasi moral (keruntuhan) anggotanya,” kicau sang Marsekal lagi.

Tak pelak, postingan jenderal yang fasih bermain saksofon tersebut mendapat respon dari netizen dan forum militer. Malahan, politisi Gerindra Bondan Winarno ikut menyahuti postingan Chappy dengan menulis, “I can relate with you, Marshall. I feel your anger. Swa Bhuwana Pakca,” tulis Bondan Winarno.

Kekesalan Chappy Hakim bermula akibat adanya wacana pembatalan pengajuan calon Panglima TNI asal Angkatan Udara dari bursa calon Panglima TNI.

Pernyataan tersebut sebelumnya dilontarkan Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Tedjo Edhy Purdijatno yang menyebutkan membuka peluang Angkatan Laut (AL) bisa kembali mengisi jatah posisi Panglima TNI pengganti Jenderal Moeldoko yang seharusnya jika mengikuti pola rotasi jatah Angkatan Udara (AU). Wacana ini menguat karena visi-misi Presiden Jokowi yang mengangkat poros maritim.

“Seharusnya kan dari AU, tapi kan bisa iya dan juga bisa tidak, bisa saja laut lagi,” terang Tedjo, di sela acara simposium nasional cyber security di Hotel Borobudur Jalan Lapangan Banteng 2, Jakarta, Rabu kemarin.@ridwan_LICOM

alexa ComScore Quantcast
counter customisable
Google Analytics NOscript

0 comments:

Post a Comment