LENSAINDONESIA.COM: Melambatnya pertumbuhan ekonomi global dan Tiongkok, berimbas kepada melambatnya pertumbuhan ekonomi negara-negara berkekuatan ekonomi baru di Asia termasuk Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan pertama tahun 2015 tidak mencapai target yang diharapkan dan hanya mampu tumbuh 4,71 persen year of year. Pertumbuhan tersebut melambat dibanding pertumbuhan pada periode yang sama di tahun 2014 yang mencapai 5,14 persen.
Berdasarkan riset yang dilakukan HSBC Global Research yang disampaikan oleh Frederic Neumann selaku Managing Director & Co-Head of Asian Economic Research HSBC menyatakan bahwa saat ini nilai ketergantungan kredit negara-negara berkekuatan ekonomi baru di Asia termasuk Indonesia menunjukkan tren peningkatan. Namun demikian, Indonesia tercatat sebagai negara dengan tingkat utang terendah dibandingkan dengan rasio Produk Domestik Bruto (PDB) di Asia.
HSBC Global Reseach juga memberikan prediksi positif ketika melihat tingkat investasi di Indonesia yang telah mengalami kenaikan sejak beberapa tahun belakangan berpotensi untuk meningkat di tahun-tahun mendatang. Ini sebuah sinyal positif terhadap kelayakan investasi di Indonesia.
“Untuk mendukung peningkatan investasi di Indonesia diperlukan pembangunan infrastruktur sebagai prioritas utama di Indonesia. Dibandingkan dengan negara-negara lain, indeks kualitas infrastruktur di Indonesia masih berada di peringkat terendah kedua,” kata Frederic menyampaikan hasil penelitian global HSBC di Hotel Mulia, Jakarta, beberapa saat lalu.. ”Negara-negara macan Asia seperti Singapura dan Korea Selatan masih menempati posisi tertinggi dari sisi kualitas infrastruktur. Negara-negara Asia lainnya yang mengungguli Indonesia dalam hal kualitas infrastruktur adalah Sri Langka, Malaysia, India, Thailand dan Vietnam. Sedangkan Filipina berada di bawah Indonesia,” tambahnya.
Menurut HSBC, pembangunan infrastruktur juga sangat penting bagi Indonesia mengingat faktor ini dapat menjadi variabel vital dalam mendorong peningkatan investasi di tengah laju pertumbuhan ekonomi yang melemah. Melemahnya perekonomian Tiongkok membawa pengaruh kuat terhadap lesunya ekonomi di banyak negara Asia termasuk Indonesia. Melemahnya ekonomi Tiongkok juga menyebabkan harga-harga komoditas menjadi berada di bawah tekanan.
HSBC juga menyoroti bonus demografi yang akan menjadi salah satu kekuatan hendaknya dipertimbangkan investor dalam mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Ditengah prediksi tren usia produktif untuk negara-negara lain yang cenderung menurun, Indonesia mulai mendekati tahun 2030 diprediksikan akan memiliki jumlah penduduk dengan usia produktif lebih tinggi di atas Tiongkok dan negara-negara Macan Asia (Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, Singapura dan Thailand). Ini menjadi implikasi positif bagi tumbuhnya produktivitas bisnis Indonesia di masa mendatang.
“Untuk mengoptimalkan bonus demografi, Indonesia masih harus mengatasi tantangan jumlah sumber daya manusia yang telah mengecap pendidikan perguruan tinggi. Pendidikan harus menjadi prioritas utama bagi Indonesia. Saat ini, Indonesia masih berada di bawah Hong Kong, Jepang, Thailand dan Malaysia. Namun berada di atas Tiongkok, India, Vietnam, dan Filipina,” kata Frederic.
Hadir dalam acara penyampaian HSBC Global Research ini antara lain Sofyan Djalil selaku Menteri Koordinator Perekonomian RI, Bambang Brojonegoro selaku Menteri Keuangan RI, Teddy P Rahmat selaku pengusaha, dan Summit Dutta selaku CEO HSBC Indonesia. @rudi _purwoko
0 comments:
Post a Comment