LENSAINDONESIA.COM: Bertepatan hari lahirnya Pancasila 1 Juni 2015, sekelompok mahasiswa mengatasnamakan Solidaritas Gerakan Mahasiswa Indonesia (SGMI), melaksanakan aksi diberbagai lokasi di Jakarta seperti; Bunderan Hotel Indonesia dan pasar-pasar rakyat, senin sore (01/06/2015)
SGMI terdiri dari beberapa organisasi mahasiswa tingkat nasional, seperti Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia HIKMAHBUDHI), Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI), Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) .
Baca juga: Jokowi abaikan permintaan keluarga Soekarno soal Hari Lahir Pancasila dan Puan prihatin masih ada desukarnoisasi
Isi selebaran yang berjudul “Pancasiladan UUD 1945 Dasarnya, TRI SAKTI Bung Karno Jalannya” sebagai berikut:
Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 mengemukakan dasar atau falsafah (weltanschuung) negara Indonesia merdeka yang selanjutnya disebut dengan Pancasila. Dalam pidatonya ini, Bung Karno berhasil meyakinkan anggota DokuritzuZ yumbi Tyoosakai (BPUPKI) untuk menerima Pancasila sebagai dasar Negara, yang segera disisipkan dalam Pembukaan UUD 1945.
Pidato 1 Juni kemudian dijadikan sebagai hari lahirnya Pancasila. Selanjutnya, pasca proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Pancasila merupakan falsafah dasar bangsa kemudian diterjemahkan kembali kedalam konstitusi Negara, lahirlah Undang-Undang Dasar 1945.Pancasila dan UUD 1945 merupakan landasan ideology dan konstitusional Negara Indonesia yang dapat menjadi dasar dan jalan untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia, yaitu masyarakat yang adil dan makmur, tanpa penindasan manusia atas manusia dan bangsa atas bangsa.
Namun, seiring berjalannya waktu, pasca tumbangnya Bung Karno dari kekuasaan yang kemudian digantikan oleh Soeharto, implementasi dari nilai-nilai Pancasila semakin jauh daricita-citanya. Oleh Soeharto, Pancasila disaktikan/ disakralkan, bahkan digunakan sebagai alat untuk memberangus kelompok-kelompok yang anti atau berbeda haluan politik dengan pemerintah saat itu.
Selanjutnya, Pancasila di era reformasi dihadapkan pada paham neoliberalisme yang massif dilaksanakan oleh rezim pemerintahan, sehingga nilai-nilai Pancasila menjadi absen dalam kehidupan masyarakat, yang berdampak pada semakin jauhnya masyarakat dari kesejahteraan. Pergantian kemimpinan dari masa kemasa belummampumembawabangsainikeluardarijeratankemiskinan, dan semakin jauh dari cita-cita masyarakat adil dan makmur.
Saat ini, Indonesia dipimpin oleh Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Pada saat kampanye, Jokowi-JK merumuskan problem pokok bangsa Indonesia, (1) merosotnya kewibawaan Negara, (2) melemahnya sendi-sendi perekonomian nasional, dan (3) krisis kepribadian bangsa. Guna mengatasi problem mendasar tersebut, selanjutnya, Jokowi-JK merumuskan bahwa solusi yang tepat adalah meneguhkan kembali ideology bangsa yang berdasarkan Pancasila 1 Juni 1945 dan Trisakti.
Namun, tujuh bulan menjalankan kekuasaannya, Jokowi-JK belum menunjukan keseriusannya dalam meneguhkan kembali Pancasila dan TRI SAKTI Bung Karno seperti yang dijanjikan pada saat kampanye. Bahkan, cenderung melanjutkan agenda dari kepemimpinan sebelumnya, yang mendasarkan kebijakannya pada paham neoliberal.
Pemerintahan Jokowi-JK sangat bergantung pada modal asing. Jokowi-JK juga mengalihkan tata-niaga sejumlah barang publik, seperti BBM, listrik, gas elpiji, tarif transportasi, dan lain-lain, kepada mekanisme pasar.Tidak cuma itu, pemerintahan Jokowi-JK dengan khusuknya melanjutkan proyek MP3EI. Hal itu semakin menghilangkan kedaulatan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka, semakin jauhnya bangsa Indonesia dari cita-cita kemandirian ekonomi, dan semakin pudarnya kepribadian bangsa, serta semakin biasnya cita-cita Pancasila dan UUD 1945, masyarakat yang berkehidupan adil dan makmur.
Saat ini, tugas mendesak bangsa kita Rakyat Indonesia adalah bangkit, bersatu, dan memperluas penyadaran bahwa hanya dengan menegakkan kembali Pancasiladan UUD 1945, dengan jalan TRISAKTI Bung Karno segala pokok persoalan bangsa dapat terselesaikan.Cita-cita masyarakat adil dan makmur tidak akan mungki dapa ttercapa itanpa bangsa yang berdaulat, bangsa yang mandiri, dan bangsa yang berkepribadian.
Selanjutnya, semua itu, tidak akan mungkin dapat diwujudkan tanpa bersatunya seluruh elemen bangsa. Persatuan atas seluruh elemen bangsa menjadi hal yang mutlak dibutuhkan saatini. Cita-cita bersama masyarakat adil dan makmur tidak dapat hanya diperjuangkan oleh segelintir/sekelompok orang.
Atas dasar itu, berawal dari diskusi yang dimulai sejak 20 Mei 2015, bertepatan dengan hari kebangkitan nasional, beberapa organisasi mahasiswa tingkat nasional yang terdiri ata sPerhimpunan Mahasiswa Katholik Republik Indonesia (PMKRI), Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (HIKMAHBUDI), Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI), dan Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) kemudian menggabungkan diri dalam kelompok gerakan dengan nama Solidaritas Gerakan Mahasiswa Nasional (SGMI) yang terbentuk atas kegelisahan terhadap persoalan yang dihadapi bangsa yang semakin jauh dari ideology dan konstitusinya, serta pentingnya kesadaran untuk bangkit dan bersatu dalam menegakkan kembali Pancasiladan UUD 1945, dengan jalan TRISAKTI Bung Karno. SGMI jugaakanberada di garda depan dan konsisten dalam melawan penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945.
Sejalan dengan itu, kami mengajak kepada seluruh elemen bangsa untuk bangkit dan bersatu dalam menegakkan kembali Pancasila dan UUD 1945, dengan jalan TRISAKTI Bung Karno serta mengingatkan kepada Presiden danWakil Presiden Jokowi-JK atas janji-janjinya padasaat kampanye, yakni meneguhkan kembali Pancasila dan UUD 1945 dengan jalan Trisakti Bung Karno sebagai dasar dalam menjalankan roda pemerintahan serta kebijakan-kebijakannya.
Berikut statement dari masing-masing Pimpinan organisasi tersebut:
Lidya Natalia Sartono, Ketua Presidium Pengurus Pusat-PMKRI mengatakan bahwa gerakan tersebut merupakan bentuk kegelisahan terhadap persoalan yang dihadapi bangsa saat ini yang semakin jauh dari ideology dan konstitusinya, yaitu Pancasila dan UUD 1945.
“gerakan ini untuk untuk mempererat ikatan emosional antara rakyat dan mahasiswa, sehingga dengan demikian kita tahu persoalan dan musuh yang dihadapi bangsa saat ini” ungkap Lidya. Sungguh mengharukan, tambah Lidya, pada saat selebaran dibagikan dari jalanan hingga ke pasar, rakyat mengapresiasi dengan tidak mengabaikan isian seruan tersebut.
Selanjutnya, Ketua Umum Pengurus Pusat HIKMAHBUDHI, Suparjo menambahkan bahwa gerakan langsung terjun ke rakyat ini dilakukan dalam momen lahirnya Pancasila, yang membuktikan bahwa kita berada di tengah-tengah rakyat.
“Gerakan mahasiswa tidak boleh melepaskan pentingnya keterlibatan aktif rakyat dalam setiap gerakannya, karena rakyat adalah nafas dari gerakan” kata Suparjo.
Presidium Pimpinan Pusat KMHDI, Eka Saputra menyampaikan bahwa gerakan ini merupakan upaya untuk lebih mendekatkan diri kepada masyarakat dan apa yang dilakukan saat ini merupakan langkah – langkah untuk merubah paradigma masyarakat yang semakin apatis terhadap gerakan mahasiswa
hari ini.
“Dengan berinteraksi langsung bersama masyarakat, kami memahami kegelisahan dan harapan rakyat akan gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa hari ini, mereka (Masyarakat) sangat senang dan merespon positif apa yang kami lakukan”, tandas Eka.
Vivin Sri Wahyuni, Ketua Umum Eksekutif Nasional-LMND juga menyampaikan akan pentingnya persatuan untuk menegakkan kembali pancasila dan UUD 1945, dengan jalan TRI SAKTI Bung Karno untuk mencapai cita-cita masyarakat adil dan makmur.
“Masyarakat adil dan makmur tidak mungkin tercapai tanpa bangsa yang berdaulat, bangsa yang mandiri, dan bangsa yang berkepribadian,” ujar Vivin.
Semua itu tidak akan dapat diwujudkan, menurut Vivin, tanpa bersatunya seluruh elemen bangsa. Persatuan atas seluruh elemen menjadi hal mutlak dibutuhkan saat ini.
Selanjutnya, SGMI juga membuka diri kepada seluruh elemen bangsa untuk terlibat aktif dalam gerakan-gerakan selanjutnya. @rilis/licom
0 comments:
Post a Comment