Saturday, March 29, 2014

Gerindra bantah bertaktik serang PDIP, demi menduet Prabowo-Jokowi

Gerindra bantah bertaktik serang PDIP, demi menduet Prabowo-Jokowi




LENSAINDONESIA.COM: Meskipun pemilihan Presiden RI masih 9 Juli, namun tidak membuat masyarakat mampu membaca bagaimana sebenarnya strategi partai politik untuk bisa memenangkan pesta lima tahunan. Terlebih lagi, beberapa partai politik yang sebelumnya berkoalisi, justru sekarang saling tikam untuk memuluskan Capres pilihannya.


Polemik Gerindra dan PDIP, misalnya. Meski sebelumnya, PDIP melakukan perjanjian di atas materai bersama Gerindra untuk mendukung Prabowo pencapresan 2014, namun PDIP kini mengusung Joko Widodo. Beberapa kalangan ada yang menilai hal ini hanya bagian dari taktik Gerindra dan PDIP yang pada akhirnya akan menyandingkan kedua nama itu. Namun, hal ini langsung dibantah Ketua Umum Partai Gerindra Prof. Dr. Suhardi


Baca juga: Ini 7 pernyataan sikap Ormas PPI Anas soal pencapresan Jokowi dan Letjen (Purn) Yunus: Prabowo itu tegas, berani hadapi tekanan asing


Guru besar yang mantan dosen Jokowi itu, mengaku Gerindra tidak akan semudah itu rela menyandingkan Prabowo dengan Joko Widodo. Menurutnya, pendamping Prabowo kelak haruslah orang yang memiliki komitmen yang jelas.


“Tidak akan semudah itu. Semua orang pasti masih ingat bagaimana Jokowi berjanji kepada masyarakat Jakarta untuk menyelesaikan tugasnya selama dua periode bila dipercaya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Kenyataannya sekarang apa? Dia justru meninggalkan tanggungjawabnya sebagai kepala daerah demi maju sebagai Capres di 2014,” ungkap Prof Dr Suhardi ditemui kemarin (28/3/12) di Yogjakarta.


Dia juga mengatakan, Gerindra sebenarnya masih terus berusaha untuk menghindari koalisi. Pasalnya, dengan melakukan koalisi dikhawatirkan justru akan memaksakan orang-orang yang tidak kompeten akhirnya menduduki posisi-posisi penting.


“Sebenarnya koalisi sendiri landasan dasarnya adalah kesamaan ideologi. Tapi, tidak jarang akhirnya koalisi terjadi lantaran pertimbangan pragmatis. Inilah yang akhirnya membuat kursi-kursi penting seperti wakil presiden dan menteri diduduki orang-orang yang sama sekali tidak kompeten,” ungkapnya.


“Jadi soal koalisi, saya rasa masih jadi pertimbangan dan masih harus dipikirkan secara matang,” tambah Suhardi.


Seperti diketahui, saat ini memang baru Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang memberikan sinyal positif untuk merapat ke Gerindra. Hal ini ditafsirkan dari kalimat sang Ketua Partai yang meminta masyarakat Indonesia mendukung Prabowo Subianto demi mewujudkan perubahan bagi Indonesia. @muhammadrusjdi


alexa ComScore Quantcast

Google Analytics NOscript

0 comments:

Post a Comment