Thursday, March 27, 2014

Warga Amerika Serikat siap perang dingin dengan Rusia

Warga Amerika Serikat siap perang dingin dengan Rusia




LENSAINDONESIA.COM: Perseteruan dua negara adi-daya, Amerika Serikat dan Rusia di wilayah Ukraina diyakini berujung pada perang dingin.


Keyakinan itu muncul pada separo warga Amerika Serikat yang disurvei oleh Gallup. Survei itu menunjukkan, 50 persen warga Amerika Serikat yang disurvei yakin bahwa perang dingin akan terjadi lagi. Sementara 43 persen tidak setuju.


Baca juga: Perempuan Ukraina boikot seks dengan pria Rusia dan Amerika Serikat depak Rusia dari kelompok G-8


Jajak pendapat yang sama telah dilakukan pada 1991 di akhir masa perang dingin. Hasilnya, hanya 25 persen orang yang ditanyai berpandangan Amerika Serikat dan Rusia akan kembali menghadapi perang dingin.


Warga Amerika Serikat yang lebih tua yang pernah mengalami masa perang dingin memperkirakan lebih mungkin terjadinya konflik baru.


64 persen dari mereka yang disurvei berusia 65 dan lebih tua berpandangan seperti itu dibandingkan dengan 36 persen dari orang-orang berusia antara 18-29 tahun yang belum lahir pada masa perang dingin.


Pandangan dan afiliasi politik juga berperan dalam bagaimana orang menanggapi survei tersebut.


Kurang dari separo dari pendukung partai Demokrat dan independen merasa Amerika Serikat kembali memasuki konflik negara-negara adi-daya, dibandingkan dengan lebih dari dua pertiga dari pendukung Partai Republik yang mengatakan hal serupa.


Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan siap membuat sistem pembayarannya sendiri untuk mengurangi ketergantungan terhadap Barat.


“Di negara-negara seperti China dan Jepang, sistem seperti ini berjalan sangat baik. Mereka mengawali sistem itu terbatas untuk pasar mereka sendiri, wilayah sendiri, rakyat mereka sendiri. Namun, kini menjadi semakin populer,” kata Putin dalam pidato yang disiarkan televisi.


Menurut Putin, Rusia harus melakukan hal yang sama dan kini pemerintah bersama bank sentral Rusia sedang mempelajari kemungkinan itu.


Sebelumnya, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi untuk 20 orang terdekat Putin dan sanksi untuk Bank Rossiya.


Imbasnya, sejumlah bank menyaksikan para nasabah mereka tak bisa lagi menggunakan kartu kredit Visa dan MasterCard.


Kondisi ini membuat para pejabat dan parlemen Rusia berpikir Rusia harus menciptakan jaringan operasional keuangannya sendiri.


Kepala Bank Sentral Rusia Elvira Nabiullina juga menyerukan pembangunan sistem kartu kredit domestik untuk mengurangi ketergantungan terhadap Visa dan MasterCard setelah sanksi Amerika Serikat.@licom/voa/kc


alexa ComScore Quantcast

Google Analytics NOscript

0 comments:

Post a Comment