LENSAINDONESIA.COM: Pengamat politik dari Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), M Imam Nasef menyarankan islah yang dilakukan partai Golkar kubu Aburizal Bakrie dan Agung Laksono tidak setengah-setengah, tapi melainkan secara utuh.
Dia menilai, kesepakatan islah untuk kepentingan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2015 yang telah ditandatangani Aburizal Bakrie (Ical) dan Agung Laksono masih terlihat seperti islah parsial.
Baca juga: Tak berizin, Musda Golkar Bali kubu Agung dibubarkan polisi dan Cairkan ketegangan, Ical doakan Agung jadi ketum Golkar
“Dari konten kesepakatan yang ditandatangani jelas islah tersebut hanya untuk kepentingan penyelenggaraan pilkada saja. Oleh karenanya, mengharapkan islah ini untuk benar-benar mengakhiri perselisihan kepengurusan di Partai Golkar agaknya belebihan,” ujar Nasef, Jakarta, Rabu (3/6/2015).
Sementara lanjut Nasef, dampak bagi upaya penyatuan dua kubu yang berselisih tidak akan pernah didapat.
Dijelaskan Nasef, jika islah yg dilakukan secara parsial, maka belum bisa memberi jaminan untuk mengakhiri konflik di internal Golkar.
Merujuk kepada kesepakatan poin terakhir, maka usulan calon yang akan mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) nantinya ditandatangani oleh pengurus DPP Partai Golkar yang diakui oleh KPU.
Maka, lanjut Nasef, apakah kedua kubu nantinya benar-benar rela akan melakukan kesepakatan itu? Pasalnya, dengan kesepakatan itu sesungguhnya salah satu kubu akan dipaksa untuk mengakui kubu lainnya.
“Oleh karena itu, kalau memang kedua kubu punya good political will untuk mengakhiri dualisme kepengurusan di Golkar, maka yang harus dilakukan adalah islah komprehensif,” terang Nasef. @yuanto
0 comments:
Post a Comment