Wednesday, June 25, 2014

RMI Nahdlatul Ulama Jatim prihatin NU dijadikan alat politik Pilpres

RMI Nahdlatul Ulama Jatim prihatin NU dijadikan alat politik Pilpres




LENSAINDONESIA.COM: Pimpinan Wilayah Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur menyatakan rasa keprihatinannya kepada sejumlah pihak yang membawa-bawa nama organisasi NU untuk dijadikan alat politik dalam mendukung salah satu pasangan di Pilpres 2014.


Ahmad Firdausi, Sekretaris PW RMI Jatim menegaskan pihaknya sejalan dengan sikap PWNU Jatim yang netral atau tidak mendukung salah satu pasangan Capres-Cawapres secara kelembagaan.


Baca juga: MPC Pemuda Pancasila Surabaya desak walikota evaluasi Kasatpol PP dan Timses Jokowi-JK mulai panik jelang Pilpres 2014


“Kami, PW RMI Jawa Timur merasa perlu menyatakan sikap netral di Pilpres kali ini. Kami merasa prihatin dengan banyaknya friksi yang membawa-bawa nama NU dilibatkan untuk mendukung salah satu pasangan presiden,” tegasnya pada LICOM, Selasa (24/06/2014).


Jika memang di lapangan ada salah satu pengurus RMI terlibat dalam tim pemenangan salah satu pasangan di Pilpres, pihaknya berani menjamin bahwa sikap tersebut merupakan sikap pribadi bukan organisasinya. “Meski netral kami juga tetap menyerukan kepada seluruh masyarakat agar tidak Golput pada pelaksanaan Pilpres 9 Juli nanti. Silahkan setiap warga negara menyalurkan hak pilihnya sesuai pilihan masing-masing,” serunya.


Lebih lanjut, pihaknya juga berharap dalam Pilpres yang hanya diikuti oleh dua pasangan itu tak ada praktik money politic serta black campaign. Sehingga Pemilu di Indonesia bisa terlaksana secara jujur, bersih dan bermartabat.


“Mari kita semua elemen NU menjunjung akhlaqul karimah. Jangan hanya gara-gara Pilpres hubungan antar elemen NU menjadi pecah

Tolong bisa dipisahkan antara pribadi dan lembaga. Misalnya dukungan Kiai Said Aqil sebagai pendukung Prabowo-Hatta. Dia memang Ketua PBNU tapi bukan berarti lembaganya yang juga ikut mendukung. Begitu juga Ibu Khofifah sebagai Ketua PP Muslimat NU yang telah menyatakan sebagai tim pemenangan Jokowi-JK. Mereka itu atas nama pribadi, yang jelas nama NU tidak boleh dibawa-bawa,” tegas Firdausi.


Disinggung soal pernyataan Nusron Wahid, Ketua Umum Ansor yang menyebut para kiai sepuh di Jatim melupakan sejarah karena mendukung Prabowo-Hatta, dia menyesalkan hal tersebut. Semestinya itu tidak diucapkan oleh Nusron.


“Itu tidak etis dan sama artinya Nusron tak menjaga akhlaqul karimah. Apalagi pernyataan itu ditujukan kepada para kiai sepuh. Sudahlah jangan ribut hanya karena Pilpres, kita semua ini saudara, hubungan yang kita bangun telah lama. Jadi silahkan jika memberi dukungan atas nama pribadi masing-masing,” tukasnya.@sarifa


alexa ComScore Quantcast

Google Analytics NOscript

0 comments:

Post a Comment