Friday, July 18, 2014

Volunteer Jokowi-JK di Surabaya aksi damai dukung netralitas KPU

Volunteer Jokowi-JK di Surabaya aksi damai dukung netralitas KPU




LENSAINDONESIA.COM: Puluhan volunteer atau relawan pendukung Capres Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) menggelar aksi simpatik di depan Hotel Equator Jl. Mayjen Sungkono, Surabaya tempat dilangsungkanya rekapitulasi suara Pilpres tingkat provinsi oleh KPU Jawa Timur.


Para pendemo yang mengatasnamakan Komunitas Relawan Jokowi-JK tersebut menyampaikan pesan moral kepada KPU agar menjaga netralitas , akuntabilitas dan kebenaran selama menjalankan tugas sebagai penyelenggara pemilu.


Baca juga: Real Count KPU di tujuh provinsi besar: Prabowo-Hatta unggul dan Saksi Prabowo-Hatta tolak teken BAP rekapitulasi KPU Surabaya


Disamping itu, mereka juga mengajak masyarakat untuk tidak terpengaruh provokasi yang bisa memicu pertikaian horizontal.


Aksi simpatik para volunteer Capres nomor urut 2 tersebut dilakukan dengan orasi dan membagikan bunga sekaligus menyerahkan burung merpati kepada KPU.


“Bunga mawar adalah simbol kasih dan kepercayaan kami sebagai masyarakat kepada Pemerintah, khususnya KPU. Kami berharap KPU bersikap netralan dalam menjalankan tugas dan amanah rakyat. Untuk merpati adalah lambang perdamaian. Kami cinta damai dan kejujuran. Maka bunga dan merpati kami berikan kepada panitia pesta demokrasi. Semoga kedamaian ini akan tercipta hingga pelaksanaan Pilpres selesai,” kata Kusnan, Korlap Aksi.


Sementara itu, Koordinator Komunitas Relawan Jokowi-JK, Warsono mengatakan hal yang sama. Ia juga menyampaikan ajakan kepada masyarakat untuk tetap menanga diri dan tidak terprovokasi oleh isu yang dilakukan oleh orang atau kelompak dari kedua pendukung Capres.


“Yang paling bahaya adalah informasi menyesatkan di media massa baik televisi, online atau koran. Berita-berita yang cenderung memanaskan situasi yang ditayangkan di media tersebut sangat berbahaya. Siapa yang bertanggung jawab bila terjadi konflik ditengah masyarakat?,” tegasnya.


Menurut Warsono, hingga saat ini media massa masih cenderung menyangkan berita provokatif hasil komentar-komentar para tokoh yang berkepentingan dalam politik. Aktivis buruh ini mengakui bahwa berita-berita semacam itu selalu menarik untuk dibaca dan ditonton oleh masyarakat awan yang ingin tahu hasil Pilpres.


“Misalnya saja soal quick count dan real count yang berbeda-beda. Lalu hasil penghitunganitu dibumbui dengan komentar para elit yang saling mencari celah untuk mencounter. Segala sesuatu sekarang dipakai untuk membangun opini untuk sekedar mendapat kepercayaan. Itu sangat berbahaya,” ucapnya kepada lensaindonesia.com.


“Lebih baik masyarakat menunggu hasil rekapitulasi resmi KPU. Dan, KPU sebagai penyelenggara pemilu kami minta melakukan yang terbaik bagi bangsa dan negara. Seluruh rakyat Indonesia sekarang menunggu kebenaran, tolong diwujudkan,” tambah Warsono.@ridwan_LICOM


alexa ComScore Quantcast

Google Analytics NOscript

0 comments:

Post a Comment