Sunday, April 27, 2014

Kasus fedofilia JIS gunung es Indonesia jadi surga pelecehan homoseks

Kasus fedofilia JIS gunung es Indonesia jadi surga pelecehan homoseks




LENSAINDONESIA.COM: Belakangan semakin semarak pemberitaan kasus pelecehan homeseksual di Taman Kanak-Kanak (TK) Jakarta International School (JIS). Apalagi, salah satu tersangka pelakunya diketahui bunuh diri.


Lebih mencemaskan lagi, Federal Bureau Investigation (FBI) mengumumkan seorang buronan kasus fedofilia bernama William James Vahey ternyata pernah menjadi pengajar di sekolah tersebut tersebut selama sepuluh tahun sejak 1992 hingga 2002. Ia jadi buruan FBI atas tindakan pedofilia kejahatan seks terhadap anak di beberapa negara. Dan, 21 Maret lalu warga AS berusia 64 tahun ini diketahui bunuh diri di tengah statusnya sebagai tersangka kejahatan seks internasional.


Baca juga: Azwar tersangka pelecehan JIS harusnya tunangan Senin ini dan Kematian tersangka pelecehan JIS diduga bukan karena bunuh diri


Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Suhardi mengatakan, Gerindra sangat prihatin dengan kasus pelecehan seksual di JIS,


“Ternyata kasus ini terus berkembang dengan munculnya korban baru dan adanya fakta bahwa buronan FBI pernah menjadi tenaga pengajar di JIS. Kami mendorong aparat yang berwajib untuk mengusut kasus ini hingga tuntas,” ungkapnya kepada Licom.


Menurutnya, JIS hanyalah puncak gunung es dari maraknya kasus pedofil di Indonesia. Pasalnya, kasus pelecehan seksual kepada anak dibawah umur pernah juga terjadi yang dilakukan warga negara asing di Singaraja, Bali.


“Pada kenyataanya Indonesia sudah menjadi tujuan utama dari kaum pedofil. Mereka bebas berkeliaran menjalankan aksinya, karena masyarakat kita yang permisif. Karena itu, Gerindra meminta agar aparat hukum mengungkapkan hingga tuntas kaum pedofil hingga ke akar-akarnya. Jangan sampai negara kita menjadi surga bagi pedofilia.” tegas Suhardi.


Lebih lanjut, Suhardi mengatakan, Indonesia harus menjadi negara yang berdaulat dan tidak takut pada pihak asing. Bukan berarti kita harus anti asing, namun hendaknya kepentingan nasional yang diutamakan.


“Adanya kasus-kasus tersebut menunjukkan bahwa kita cenderung permisif dan tunduk pada kepentingan asing. Namun bukan kita anti asing, tapi kepentingan yang diutamakan, katanya.


Hal ini tentunya, lanjut Suhardi, berkaitan dengan kepemimpinan nasional, kita butuh pemimpin yang jujur, berani, tegas, dan amanah yang tidak takut pada tekanan asing. “Prabowo Subianto yang diusung Partai Gerindra dalam Pilpres mendatang adalah sosok pemimpin yang sesuai dengan kriteria tersebut,” tandasnya. @kiki_budi_hartawan.


alexa ComScore Quantcast

Google Analytics NOscript

0 comments:

Post a Comment