LENSAINDONESIA.COM: Peluang pasar produk perawatan pria di Indonesia sangat menjanjikan. Pertumbuhan produk-produk perawatan pria ini tidak lepas dari dukungan dan keseriusan para pemain pasar dalam mempromosikan produknya di media massa.
Survei Nielsen selama 2013 menyebutkan, anggaran beriklan terutama untuk produk perawatan wajah dan deodorant meningkat tajam dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Di tahun 2012, belanja iklan produk perawatan wajah pria sebesar Rp114 Miliar, dan di tahun 2013 meningkat sebesar 134% menjadi Rp266 Miliar.
Baca juga: Indobook, toko majalah digital ancaman agen dan kios majalah cetak dan KPPU ketat awasi perkara kartel dan monopoli
Sementara itu, produk deodorant dan body spray pria, nilai belanja iklan tahun 2012 adalah Rp219 Miliar, dan di tahun 2013 meningkat sebesar 67% menjadi Rp365 Miliar.
“Pasar produk perawatan pria sangat cerah ke depannya. Apalagi, data BPS menunjukkan bahwa jumlah penduduk pria berusia diatas 15 tahun lebih banyak daripada jumlah penduduk wanita pada rentang usia yang sama,” kata Director of Home Panel Services, Nielsen Indonesia di Jakarta, beberapa waktu lalu.
”Hasil survei kami pun menunjukkan bahwa peluang pertumbuhan produk perawatan pria sangat besar, baik dari segi jumlah pembeli maupun frekwensi pembelian,” imbuhnya.
Survei Nielsen juga menyebut, pangsa pasar produk perawatan pria (male grooming) bertumbuh dengan signifikan selama satu tahun terakhir. Tingkat pertumbuhan mencapai 23% dan bernilai sebesar Rp3 Triliun.
Sepanjang 2013, lebih dari 50% rumah tangga telah membeli produk perawatan pria. Produk deodorant dan penataan rambut (hairstyling) merupakan yang terbanyak dibeli konsumen dengan penetrasi masing-masing sebesar 21,5% dan 19,3% dan rata-rata pembelian sebanyak 2-4 kali setahun; disusul oleh spray cologne (17%), pembersih (cleanser) sebesar 13,7% dengan frekwensi pembelian sebanyak 2-3 kali setahun.
Dalam hal kanal penjualan, ritel tradisional dan modern sama-sama berperan penting dalam pertumbuhan pangsa pasar produk perawatan pria. Untuk produk deodoran, pembelian melalui minimarket meningkat pesat (13%) walaupun pertumbuhan di toko/warung masih lebih dominan dengan 32% (2x lebih besar daripada minimarket).
Toko/ warung merupakan kontributor terbesar penjualan pembersih wajah (26%), meski pertumbuhan tertinggi datang dari hypermarket/ supermarket dan minimarket dengan masing-masing bertumbuh sebesar 42%. Sementara itu Untuk produk penataan rambut, ritel tradisional seperti pasar dan toko/warung lebih dominan dengan kontribusi penjualan masing-masing sebesar 19% dan 41%, dan pertumbuhan tertinggi masih di pasar dengan 29%.
“Baik ritel tradisional maupun ritel modern memiliki kelebihan masing-masing. Jumlah toko ritel tradisional jauh lebih banyak sehingga kesempatan menjangkau konsumen lebih besar. Sementara itu, pada ritel modern, brand lebih leluasa memajang produk dan menjalankan aktifitas promosi yang menarik perhatian untuk menggoda pembeli,” kata Hellen menarik kesimpulan.
Nielsen Home Panel melakukan survei atas 7,300 sampel rumah tangga di Indonesia, dengan komposisi 98% di perkotaan dan 40% di pedesaan. Survei dilakukan dengan metode pencatatan perilaku belanja aktual dengan menggunakan metodologi catatan harian/jurnal yang mencakup setiap aktifitas belanja. Panel yang digunakan sebagai sampel merupakan panel yang berkesinambungan, yaitu mengukur panel yang sama secara terus menerus dengan tingkat retensi sebesar 97%.
Nielsen Holdings N.V. (NYSE: NLSN) adalah perusahaan global informasi dan riset terdepan di bidang pemasaran dan informasi konsumen, televisi dan riset media lainnya, online intelligence dan riset mobile. Nielsen hadir di sekitar 100 negara, dengan kantor pusat di New York, Amerika Serikat, dan Diemen, Belanda. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi webiste www.nielsen.com. @rudi_purwoko
0 comments:
Post a Comment