LENSAINDONESIA.COM: Keluarga dan kerabat tersangka pelecehan seksual terhadap siswa Taman Kanak-kanak Jakarta International School, meragukan kematian Azwar akibat bunuh diri.
Keyakinan keluarga jika Azwar meninggal bukan karena bunuh diri semakin diperkuat dengan banyaknya luka lebam di bagian wajah dan bibir yang pecah.
Baca juga: Kasus fedofilia JIS gunung es Indonesia jadi surga pelecehan homoseks dan Azwar tersangka pelecehan JIS harusnya tunangan Senin ini
Selama hidupnya Azwar dikenal sebagai sosok yang periang, suka bergaul dan selalu menceritakan sekecil apapun masalah yang dihadapinya.
“Saya menduga dia bukan bunuh diri. Kita lihat keseharian, orangnya periang, ada masalah sekecil apapun pasti ceria ke teman dan keluarganya. Pribadi almarhum bukan sosok yang tertutup,” kata Idham (28), teman dekat Azwar yang ditemui di RS Polri Kramatjati, Jakarta, Minggu (27/04/2014).
Menurut Idham, keluarga meragukan Azwar bunuh diri juga ketika polisi menggelar jumpa pers, Sabtu (26/4) yang menyebutkan ada satu tersangka yang kabur dan belum ditemukan. Padahal pada saat itu Azwar dibawa ke RS Polri. Bersamaan itu, saat kuasa hukum Azwar yang mencarinya juga tidak diberikan akses dan ditutup-tutupi.
Namun, sambung Idham, karena Azwar sudah meninggal maka keluarga sudah ikhlas dan mau mengungkit-ungkit masalah yang dihadapi Azwar. “Intinya doa saja. Biar semua lancar, prosenya lancar, agar dikemudian hari tidak ada yang tersakiti,” ujar Idham.
Sementara itu Irfan Fahmi pengacara Azwar mengatakan, pertemuan terakhir dengan Azwar pada tanggal 20 Mei 2014 di kantornya di kawasan Pondok Aren, Tangerang, Banten.
Azwar datang ke kantornya dan mendiskusikan masalah hukum yang dihadapinya. “Dia cerita sedang dipanggil polisi. Dia juga menceritakan bahwa statusnya menjadi tersangka karena ditunjuk AK (korban sodomi),” kata Fahmi.
Masalahnya, sambung Fahmi, Azwar menanyakan statusnya menjadi tersangka karena hanya berdasarkan hasil penunjukan korban. Tanpa ada pemeriksaan lainnya. Apalagi, dengan bersumpah, Azwar juga tidak melakukan hal tersebut.
“Saya merasa tidak terbuat. Fokus pekerjaan saya bukan di toliet, tapi membersihkan dinding gedung,” ujar Fahmi menirukan ucapan Azwar.
Selama bulan Maret 2014 hanya 2 kali menjaga toilet yakni pada tanggal 4 dan 18. Azwar juga bercerita hubunganya dengan Awan dan Agun, itu hanya sebatas teman sehingga tidak ada kedekatan secara personal. Dengan Frisca, juga hanya mengenal secara muka saja.
“Intinya Azwar menolak kalau disebutkan melakukan sodomi,” jelasnya.
Fahmi mengakui sempat melihat jenazah Azwar. Kondisi jenazah terlihat di mulutnya ada warna biru. Selain itu pipinya juga membengkak. Di mulutnya juga mengeluarkan cairan. “Saya juga melihat ada lingkaran hitam di matanya,” ujar Fahmi.
Jenazah Azwar mulai dikeluarkan dari kamar jenazah RS Polri Kramatjati pada pukul 11.00 WIB. Dengan berkeranda yang diselubungi kain warna hijau, jenazah Azwar dimasukan ke ambulan polisi bernomor 1202 18. Di dalam ambulan ikut juga kerabat Azwar yang duduk di samping keranda.
Sementara itu, selain mobil ambulan polisi, 2 kendaraan minibus ikut juga dibelakangnya. Mobil pertama berisi beberapa anggota polisi dan mobil kedua berisi pengacara, kerabat dan keluarga Azwar.
Keyakinan keluarga jika Azwar meninggal bukan karena bunuh diri semakin juga dikemukakan Supriyadi, Ketua RT 01/RW 02, Kelurahan Pangkalan Jati, Cinere, Depok.
“Iya mukanya biru-biru. Saya kasihan melihatnya, apalagi dia pernah minta untuk dinikahkan dalam waktu dekat ini,” ujarnya.
Azwar dimakamkan di TPU Pangkalan Jati, Cinere Depok. Sejumlah pelayat yang mengantar kepergian Azwar tampak tak kuasa menahan kesedihan.@ridwan_licom/ht
0 comments:
Post a Comment