LENSAINDONESIA.COM: Politisi PKS Fahri Hamzah yang juga anggota Tim Sukses pasangan Prabowo-Hatta, tidak gentar sikapnya menyebut Jokowi Sinting terkait penetapan Hari Santri Nasional dilaporkan Bawaslu, bahkan dihujat banyak pihak karena dianggap juga menghina kalangan santi dan ulama serta Ormas NU.
Malahan, kini Fahri kembali menuding Capres Jokowi selama menjadi Gubenur DKI Jakarta, tidak berhasil dan gagal.
Baca juga: Laskar Aswaja Banten ajak umat tidak pilih Capres tolak Hari Santri dan Aswaja: Fahri PKS harus cabut ocehan 'Jokowi sinting' hina santri
“Potongan kata-kata masuk ke dalam isu Jokowi. Saya rajin, mengumpulkan, dokumen, janji Jokowi, saya catat tiap hari beserta tanggal, selama dia jadi Gubernur DKI Jakarta. Ini ada total 62 janji, mulai dibawah sumpah,” ungkap Fahri di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (02/06/14).
Menurut Anggota Komisi III DPR RI ini, ada janji lima tahun, sebelum terpilih, misal “Bahwa yang memfitnah saya memimpin Jakarta lima tahun seperti Solo,” katanya menirukan ucapan Jokowi yang didokumentasikan.
“Jokowi janji memimpin selama lima tahun. Dalam UU KIP janji seorang pejabat Negara itu kebohongan publik. Ada 62 janji, yang tidak direalisasikan ada 45, yang direalisasikan baru lima. Yang dilaksanakan masih jalan ditempat ada 7,” ungkap Fahri.
“Sampai sekarang itu tidak jelas proses ada empat,” tandas Fahri lagi.
Selain itu, kata Fahri, selama Pilpres juga ada janji. Ada 70 janji lagi. “Saya mengobservasi ini semua, lalu dia 1 Muharam sudah libur nanti kita kontroversi, 1 Muharam Umar bin Khatab hijrah mulai penanggalan tanggal 1, dijanjikan menggarap massa santri.
“Maka, saya bilang 360 hari setiap minta dikasih dia, lalu ada kata-kata yang dianggap menghina. Saya tidak menyerang pribadi seseorang, tolong tunjukkan mana pribadi Jokowi yang saya serang. Yang saya serang ide, sekarang menggunakan ini untuk berpolitik, ini biasa lah, lagi musimnya,” tegas Fahri.
Fokus pada janji Jokowi, apa pun manuver yang dilakukan teman-teman politisi di kubu Jokowi, dikatakan Fahri, dirinya sebagai Warga Negara bagian masyarakat harus menghadapi konsekuensi, itu rule of game.
“Kita mainkanlah, tidak ada masalah. Saya perlu hadapi plintiran, saya menyerang santri, ulama, NU. Ini kejauhan dan keterluan, jangan politik ini, terlalu jauh mengadu domba 1 kalimat 140 huruf, mau difitnah menjadi kebencian kepada santri, ulama, NU.”
“Yang saya lawan politik kemunafikan. Saya gemes orang yang tersenyum ternyata menipu, geli akting orang baik padahal jahat. Saya sensitif lain di mulut dan hati. Saya stand di Prabowo. Prabowo itu asli tidak diolah kadang terlalu jujur, dia disalahkan, kecendurungan eufisme, penipuan, gimmick mengancam leadership Indonesia,” tandas Fahri. @endang
0 comments:
Post a Comment