Wednesday, November 26, 2014

Ini 8 “dosa” Ical kenapa dilawan tokoh muda Golkar

Ini 8 “dosa” Ical kenapa dilawan tokoh muda Golkar




LENSAINDONESIA.COM: Di tengah menyeruaknya pandangan yang pro terhadap kepemimpinan Aburizal Bakrie (ARB), yang “big boss” stasiun teve berita TVOne ternyata juga tidak sedikit yang kontra. Di antara yang kontra cenderung mempersoalkan masalah regenerasi dalam tubuh partai politik. Regeerasi Golkar dinilai wajib dilakukan, karena Golkar sebagai partai politik merupakan organisasi berbasis kader.


Tanpa adanya regenerasi kepemimpinan di tubuh partai politik, maka partai akan mati dan akan berpengaruh terhadap situasi politik dan demokrasi di Indonesia.


Baca juga: Wajib, regenerasi di tubuh Golkar dan Politikus PKS ikut panas tanggapi pernyataan Menko Polhukam


Pengamat politik dan Direktur Bina Media, Wibisono menegaskan itu, dan dia menilai perseteruan yang terjadi di tubuh Golkar saat ini hanya diakibatkan ambisi berlebihan dari ketua umumnya Aburizal Bakrie (Ical) untuk memimpin kembali Golkar tanpa mempedulikan regenerasi kepemimpinan (tokoh-tokoh mudah) di partai tersebut.


“Ical terlalu berambisi, seharusnya dia (Ical) sadar diri. Toh, selama memimpin tidak ada prestasi besar yang dicapainya,” ujar Wibisono di Jakarta, Kamis (27/11/2014).


Menurutnya, salah satu hal yang menunjukan persoalan yang terjadi di tubuh Golkar hanya ambisi Ical semata untuk kembali menguasai Golkar, adalah dipercepatnya proses Munas.


Percepatan Munas itu justru mengindikasikan adanya kepentingan tertentu, yakni memenangkan Ical kembali menjadi Ketua Umum Golkar. “Sementara itu, Ical tidak membawa banyak kebaikan dalam tubuh Golkar,” jelas dia.


Wibisono menambahkan, wajar jika banyak kader muda Golkar menentang Ical duduk kembali menjadi Ketum Golkar. Sebab, banyak sekali kegagalan (dosa-dosa) dan kemerosotan di tubuh partai Golkar semenjak dipimpin Ical.


Dijelaskan beberapa kegagalan oleh dia, diantaranya yaitu pertama, gagal mencapai target perolehan suara sebesar 30 persen pada Pemilu legislatif. Pada Pemilu 2014, Golkar hanya memperoleh 14,5 persen suara.


Kedua, lanjutnya, gagal mempertahankan jumlah kursi DPR. Golkar pada Pemilu 2014 meraih 91 kursi. Lima tahun lalu, Golkar mendapatkan 106 kursi. Ketiga, yaitu gagal menjadi calon presiden karena tak ada partai yang mau berkoalisi.


Keempat, dinilai gagal menjadi calon wakil presiden karena tak ada satu pun calon presiden yang menerima berpasangan dengan Ical. Kelima, kebijakan berkoalisi dengan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa gagal meraih kemenangan.


Keenam, adalah dinilai gagal mengelola partai karena dijadikan alat memperjuangkan kepentingan pribadi, korporasi, dan kroni-kroninya. Ketujuh, gagal menepati janji, yaitu membangun gedung DPP Golkar dan menyediakan dana abadi sebesar Rp 1 triliun untuk Golkar.


Kegagalan selanjutnya (delapan), lanjut dia, memecatan kader Golkar tanpa didasari pertimbangan prestasi, dedikasi, loyalitas, dan tak tercela. Dan, pemecatan kader karena mendukung Jusuf Kalla merupakan kekeliruan karena JK adalah kader Partai Golkar.


“Terlihat jelas bahwa Ical telah membawa banyak kegagalan ketika menjabat,” terangnya.


Menurutnya, sudah sepatutnya Golkar memberikan kesempatan untuk kader mudanya tampil. Jika orang-orang Golkar tetap menginginkan Ical tanpa melihat kegagalan dia, ini dipandang ada sesuatu dibalik ini semua.


“Sesuatu itu bisa saja Ical membayar mereka semua atau kalau Ical tidak jadi ketua maka semakin sedikit “proyek” mereka,” pungkasnya. @yuanto


alexa ComScore Quantcast

Google Analytics NOscript

0 comments:

Post a Comment