Friday, November 28, 2014

Arek Lamongan sabet juara nasional Rias Pengantin Solo

Arek Lamongan sabet juara nasional Rias Pengantin Solo




LENSAINDONESIA.COM: Nama lengkanya Tatik Karyaningsih (45), wanita asli Kabupaten Lamongan ini menjuarai lomba tata rias Pengantin solo tingkat nasional.


Padahal dalam lomba itu Tatik harus bersaing ketat dengan ahli rias se Nusantara, termasuk dari Jawa Tengah yang tentu sangat memahami karakteristik tata rias pengantin Solo.


Baca juga: Batik khas Lamongan segera dipakai pelajar dan Ekspor Kabupaten Lamongan naik 124 persen


“Tentu saja pesaing terberat adalah dari Jawa Tengah. Karena lomba rias ini mengambil tema rias Pengantin Solo Basahan. Namun Alhamdulillah dengan dukungan banyak pihak, saya dinyatakan sebagai juara pertama sekaligus juara umum tingkat nasional,” tutur Tatik ketika beraudiensi dengan Pembina Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia (Harpi) Lamonga, Mahdumah Fadeli di Ruang Kerja HARPI, kemarin.


Ibu dua dua orang putra hasil perkawinanya dengan H Sukri (48) itu menyebut, lomba tata rias adat jauh lebih sulit dari pengantin modern. Karena ada pakem-pakem yang harus diikuti. Bukan hanya soal pakem riasan, namun juga menyangkut pakem tata busana.


Soal pakem ini, Tatik menceritakan pengalamannya, saat dia hampir di diskualifikasi dalam lomba tata rias dengan bridal gaun panjang di tahun 2012 lalu . Ketika itu, ungkap Tatik, dirinya sempat lupa menambahkan selempang dalam busana model.


Beruntung saat itu Tatik segera menyadari kesalahannya. Bahkan sukses meraih juara pertama di lomba tingkat nasional tersebut.


“Kemarin ada salah satu peserta lomba yang harus didiskualifikasi hanya karena tidak memenuhi satu pakem,” ujar perempuan berparas cantik ini.


Menurut Tatik, tantangan lain dalam lomba rias adalah soal mental. Karena saat lomba, peserta hanya sendirian tanpa didampingi asisten. Saat merias model juga dibatasi waktu 75 menit di hadapan sekian banyak penonton.


Dia menyebut banyak terbantu dengan saran-saran terkait teknik make up dari Johanes dan Pak Gatot yang membantu saran terkait pakem dalam tata rias Pengantin Solo basahan.


Tatik menyebut keduanya adalah koleganya untuk belajartata rias. Saat menuju lomba di Gedung Puri Ardia Garini, Jakarta Timur, akhir November silam, Tatik membawa begitu banyak perlengkapan hingga memenuhi empat buah koper.


“Bagasi saya sempat over capacity hingga 14 kilogram,” kata putri dari almarhum dalang kondang asal Lamongan, Anom Subroto tersebut.


Pemilik Salon Vikri Griya Pengantin ini menuturkan mulai menekuni tata rias pengantin sejak

tahun 1998. Dia kemudian banyak menjuarai lomba rias di tingkatregional hingga nasional.


Diantaranya di tahun 1999 sudah berhasil menjadi juara pertama tingkat kabupaten membuat cengkorongan pengantin adat Solo putri.


Kemudian di tahun2004 berhasil menjadi juara pertama tingkat nasional tata rias pengantin

Solo Putri dan baru-baru ini, di Bulan September 2014 meriah juara ketiga tingkat nasional lomba tata rias wajah dan rambut Winning Mark 4 di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan.


Sementara Mahdumah Fadeli menyampaikan kebangaannya atas prestasi yang diraih Tatik sehingga mengharumkan nama Lamongan.


“Banyak cara untuk mengharumkan nama daerah melalui berbagai prestasi. Salah satunya lewat bidang yang ditekuni Bu Tatik ini,” ujarnya sembari menyebut Tatik adalah siswanya saat mengajar di SDN

Sukomulyo 2.


Isteri Bupati Lamongan Fadeli ini juga berpesan agar bersama-sama Harpi, turut membesarkan tata rias dan busana pengantin khas Lamongan, Bekasri.


Dia berharap ada penelusuran kembali terkait Pengantin Bekasri tersebut. Karena menurutnya, dengan pakem busana Pengantin Bekasri yang menggunakankemben sehingga busananya terbuka, nampaknya saat ini kurang bisa diterima masyarakat Lamongan yang agamis, sehingga sudah tidak banyak digunakan lagi.


“Penelusuran pakem Pengantin Bekasri ini kan dari Lamongan Selatan. Padahal Lamongan kan juga ada

wilayah tengah dan utara yang kental dengan budaya Islam, sehingga tentunya busananya lebih tertutup. Saya harap kedepan bersama semua unsur masyarakat, termasuk budayawan, sesepuh dan ulama, agar ada penelusuran kembali terhadap busana pengantin khas Lamongan,” pesan dia.@ali muhtar


alexa ComScore Quantcast

Google Analytics NOscript

0 comments:

Post a Comment