LENSAINDONESIA.COM: Mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiwa Seluruh Indonesia (BEM SI) berang. Hal ini dipicu oleh batalnya pertemuan antara mahasiswa dengan Presiden Joko Widodo, seperti yang dijanjikan Kepala Staf Kepresidenan Luhut Panjaitan saat aksi demo pekan lalu.
Pertemuan antara mahasiswa dan Presiden rencananya akan disiarkan secara langsung di seluruh stasiun televisi. Namun, pertemua tersebut dibatalkan secara sepihak oleh pihak Istana lewat pesan singkat saja.
Baca juga: Mahasiswa Muhammadyah Surabaya kecam Jokowi korbankan rakyat kecil dan Bakar ban, aksi mahasiswa di depan Istana Negara ricuh
Kekecewaan karena pembatalan pertemuan itu disampaikan antara lain oleh BEM Universitas Lampung lewat akun Twitter @BEM_Unila.
“Jokowi banyak mengumbar janji akan tetapi selalu ingkar janji. Ungkapan itu yang pantas terlontarkan kepada pemerintahan kita hari ini, yang suka mengumbar-umbar janji. Sudah sangat jelas hasil kesepakatan pemerintah dengan BEM Seluruh Indonesia pada 21 Mei 2015 lalu,” kicau @BEM_Unila.
Kabar pembatalan pertemuan dengan Jokowi diterima BEM SI pada Sabtu malam (23/5) pukul 22.47 WIB. Sementara BEM UGM menerima pesan dari Staf Khusus Presiden Teten Masduki via pesan pendek yang berbunyi: Info dri Pak Pratikno, menurut Pak Luhut barusan, Senin jadwal Presiden tidak memungkinkan menerima mahasiswa. So, mahasiswa akan diterima di waktu lain.”
“Ini sungguh bentuk ketidakkonsistenan pemerintah dan bentuk pembohongan publik. Kami sungguh sangat kecewa,” masih tulis @BEM_Unila.
Mereka mengatakan bahwa dalam demo tanggal 21 Mei mahasiswa ingin menarik Jokowi ke ruang publik bukan untuk minta makan siang, foto-foto atau yang lainnya.
“Akan tetapi ada hal substansial yang kami tuntut yaitu terkait sikap Presiden terhadap kedua tuntutan kami yaitu pemerintah harus segera mencabut kebijakan harga BBM dari mekanisme pasar bebas dan mengembalian subsidi BBM serta mengambil alih 100 persen kekayaan dan aset Blok Mahkam dan Freeport,” tegas @BEM_Unila.
Pada bagian akhir mereka mengatakan akan mengumpulkan kekuatan massa yang lebih besar untuk terus berkonsolidasi, bergerak, mengkritik pemerintah, dan menekan kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro-rakyat.
Mahasiswa juga mengajak seluruh elelemen masyarakat, organisasi kepemudaan, buruh, ormas dan lain sebagainya untuk menjadi oposisi pemerintah demi stabilisasi ekonomi, hukum, sosial, dan politik di Indonesia. @sita/rm
0 comments:
Post a Comment