LENSAINDONESIA.COM: Gubernur Jawa Timur, Soekarwo mendorong perbankan syariah untuk menyasar kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), sebagai salah satu fokus pengembangan usaha. Ini karena UMKM merupakan penggerak perekonomian Jatim. Apalagi UMKM memiliki aksesibilitas yang rendah kepada perbankan konvesional.
“Potensi UMKM sangat luar biasa, ada lebih dari 6,8 juta UMKM di Jawa Timur dan mampu menyerap sebanyak 11.117.439 tenaga kerja. Namun sayangnya, akses mereka kepada perbankan masih rendah. Disinilah peluang perbankan syariah untuk mengajak mereka bekerja sama untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya kelompok ekonomi marjinal,” ujarnya saat dikonfirmasi, Jumat (01/08/2014).
Baca juga: Pengusaha UMKM kelimpungan menghadapai ekspansi produk pabrik besar dan Sambut MEA 2015, Jatim siapkan UMKM
Pakde Karwo (sapaan akrabnya) mengatakan, prinsip dan orientasi perbankan syariah yang mengusung keadilan sangat tepat bagi UMKM. Disamping untuk mendapatkan keuntungan, juga berorientasi kepada falah (kebahagiaan dunia dan akhirat sesuai ajaran islam). Artinya sambil berwirausaha juga akan mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.
“Relevansi prinsip perbankan syariah hendaknya dapat memberikan peluang kepada UMKM untuk dapat mengakses produk-produk perbankan syariah,” lanjut dia.
Selain itu, pihaknya juga menilai kinerja perbankan syariah di Jatim mencatat hasil yang cukup tinggi. Berdasarkan Kajian Ekonomi Regional (KER) Jatim pada Triwulan I 2014, aset perbankan syariah tumbuh 50,38% idibandingkan dengan Triwulan I 2013, yakni dari nilai aset Rp 17,26 triliun pada Triwulan I 2013 menjadi Rp 25,97 triliun pada Triwulan I 2014.
Kemudian, dana masyarakat yang disimpan pada Bank Syariah di Jatim tumbuh 22,62% dengan total Dana Pihak Ketiga Rp 13,26 triliun di Triwulan I 2013 menjadi Rp 16,27 triliun pada Triwulan I 2014.
Pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah di Jatim selama Triwulan I 2014 tumbuh sebesar 24,62% jika dibandingkan dengan Triwulan I 2013, pada Triwulan I 2014 nilainya mencapai Rp 15,97 triliun, lebih tinggi dari Triwulan I 2013 yang nilainya sebesar Rp 12,67 triliun.
Berdasarkan jenisnya, penyaluran pembiayaan modal kerja masih memperoleh porsi tertinggi dengan prosentase sebesar 47,17% (Rp 7,44 triliun) dari total pembiayaan. Sementara, pembiayaan konsumsi dan investasi prosentasenya masing-masing sebesar 33,93% (Rp 5,35 triliun) dan 18,89% (Rp 2,98 triliun).
“Tingginya proporsi pembiayaan modal kerja Bank Syariah di Jatim sampai dengan Triwulan I 2014 menunjukkan dua hal. Pertama, masyarakat telah mulai mempercayai perbankan syariah sebagai mitra bisnis. Kedua, peran bank syariah semakin meningkat dalam mendukung ekonomi daerah dengan penyaluran kredit produktif,” urai Soekarwo.@sarifa
0 comments:
Post a Comment