LENSAINDONESIA.COM: Seiring dengan pesatnya kemajuan provinsi Jawa Timur di segala bidang, Pemprov Jatim juga terus berkomitmen meningkatkan pelayanan untuk seluruh masyarakat di wilayahnya yang tersebar di 38 kabupaten/kota. Salah satunya adalah dengan menekan angka penderita penyakit kusta atau lepra yang mengancam penduduk, khususnya wilayah pesisir.
Data dari Badan dan Kesehatan dunia, WHO, menyatakan pada tahun 2013 terdapat 17.012 kasus penyakit kusta di Indonesia dengan pria memiliki tingkat terkena kusta dua kali lebih tinggi dibanding wanita. Dari data itu disebutkan bahwa Jawa Timur adalah provinsi terbanyak yang memiliki penderita kusta.
Baca juga: Pemprov Jatim resmi ubah RS Kusta dan RS Paru jadi RS Infeksi dan Dinkes Jatim waspadai penyakit kusta menyebar di kalangan pelajar
Menurut catatan terkini, jumlah penderita mencapai 4.293 orang. Dari jumlah itu, penderita yang sampai cacat seumur hidup tercatat sebanyak 184, penderita usia anak tercatat sebanyak 177. Dari 4.293 penderita kusta di Jatim, sebanyak 3.054 atau 71 persen penderitanya berada di wilayah Madura, Tapal Kuda dan Pantura.
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae ini sebetulnya secara medis dapat disembuhkan secara total. Itu bisa terwujud bila penanganan awal langsung dilakukan sesaat setelah didiagnosis menderita penyakit kusta. Caranya, dengan meminum obat MDT (Multi Drug Therapy) secara rutin yang dapat diperoleh secara gratis di RS khusus kusta maupun puskesmas se-Indonesia.
Kepala UPT RS Kusta Kediri, Nur Siti Maimunah mengimbau seluruh masyarakat yang telah didiagnosis terkena penyakit kusta, sebaiknya segera melakukan pengobatan rutin untuk menghindari kemungkinan cacat pada anggota tubuhnya. “Penyakit ini memang bisa menyebabkan kecacatan. Karena kuman penyebab penyakit ini, Mycobacterium
Leprae, menyerang syaraf tepi manusia. Dalam jangka waktu tertentu penyakit ini juga bisa menular,” ujarnya pada Lensa Indonesia beberapa waktu lalu.
Sementara ciri-ciri awal orang terkena penyakit ini biasanya menyerang kulit manusia dengan tanda bercak atau hampir mirip dengan panu namun berwarna kemerahan. “Bagian tubuh yang terserang biasanya makula, dagu, dahi, kuping dan tangan. Jika ada bercak di kulit yang tak kunjung hilang itu perlu diwaspdai. Awalnya seperti penyakit panu tapi kalau kusta biasanya tidak gatal,” tambahnya.
Untuk pelayanan pasien penyakit kusta di tempatnya, rata-rata ditempatkan di ruang publik kelas C yang mempunya 65 tempat tidur khusus penderita. Mereka akan ditangani dokter umum, sementara konsultasinya menggunakan dokter spesialis.
Nur mengungkapkan, rata-rata pasien kusta yang datang ke tempatnya adalah masyarakat yang kurang mampu dan memakai jaminan kesehatan Badan Pengelola Jaminan Kesehatan (BPJS) serta Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). “Pasien kusta disini banyak dan rata-rata memang golongan orang yang tidak mampu. Mereka yang menggunakan BPJS ataupun Jamkesda segala macam perawatan tidak kami kenakan biaya, semuanya gratis baik untuk rawat jalan hingga rawat inap,” paparnya.
Untuk jumlah pasien rawat inap di RS Kusta Kediri, per enam bulan terakhir ini mencapai 335 orang. Sedangkan untuk jumlah pasien rawat inap pada 2013 lalu mencapai 512 orang.
Pihak RS menjatah harga paket rawat inap yang menggunakan jaminan kesehatan sebesar Rp 3.568.667 dan rawat jalan Rp 160.000. “Untuk yang rawat inap disini kan maksimal hanya satu minggu, namun khusus kusta itu berlaku hingga pasien sembuh dan pulang. Biasanya pasien-pasien saya malah betah tinggal di rumah sakit, nggak mau pulang,” sambungnya lantas tertawa.
Sedangkan daerah asal pasien kusta di rumah sakit milik provinsi ini, terbanyak berasal dari Kabupaten Kediri sebanyak 115 orang, Kabupaten Nganjuk 61 orang, Kabupaten Madiun 45 orang, Kabupaten Ponorogo 33 orang, Kabupaten Magetan 23 orang dan Kabupaten Jombang 23 orang.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur, dr Harsono, menegaskan pihaknya gencar menekan angka penyakit kusta agar jumlah penderitanya dari tahun ke tahun bisa menurun. Selain menangani pasien yang positif mengidap penyakit kusta, Dinkes Jatim juga mulai melakukan pendeteksian dini khususnya kepada kalangan pelajar di Jatim.
Dia berharap dengan usaha pendeteksian dini ini bisa ditemukan kasus baru dalam kasus penyebaran penyakit kusta. Hal ini penting dilakukan agar pasien yang punya riwayat menderita penyakit kusta awal bisa diobati agar tidak sampai cacat permanen.
Dinas Kesehatan Jawa Timur gencar menurunkan tim juru kusta, memburu penderita kusta usia anak di lingkungan sekolah, khususnya di daerah-daerah miskin dan tertinggal. “Itung-itungan kami, semua penderita kusta di Jatim akan habis ditangani hingga 2017 nanti. Sehingga Jatim bebas kusta pada 2017,” tukasnya.
Jatim sendiri mempunyai dua rumah sakit yang khusus menangani penyakit kusta atau lepra ini, yaitu RS Kusta di Kediri dan RS Kusta Sumberglagah di Kabupaten Mojokerto. Untuk RS Kusta Kediri hanya mendapatkan anggaran dari APBD sebesar Rp 3 miliar per tahunnya. RS Kusta Sumberglagah Mojokerto merupakan yang terbesar setelah Kediri, karena punya daya tampung yang cukup banyak untuk penderita kusta ditunjang dengan APBD lebih besar, yakni Rp 16,5 miliar per tahunnya.@sarifa
0 comments:
Post a Comment