LENSAINDONESIA.COM: Fakta yang tak mungkin bisa dihindari bangsa ini, adalah kenyataan bahwa hampir 90 persen rakyat Indonesia mengonsumsi beras sebagai makanan pokok sehari-hari.
“Selama hampir tujuh dekade Indonesia merdeka, secara dramatis kebijakan pemerintah menjadikan beras sebagai pengganti keragaman bahan makanan pokok rakyat Indonesia. Tak hanya sebagai makanan pokok, beras jadi simbol dari kesejahteraan dan kestabilan sosial di dalam masyarakat,” kata Ketua Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (HA IPB), Bambang di depan para peserta Musyawarah Daerah HA IPB di Lampung, Minggu (06/04/14).
Baca juga: Hampir 90% rakyat Indonesia konsumsi beras dan Himpunan Alumni IPB gelar turnamen golf
Dia menjelaskan, berdasarkan data Biro Pusat Statistik 2013, sekitar 20,4 juta orang terlibat dalam pertanian pangan. Dari kisaran tersebut, sekitar 18 juta orang kemungkinan terlibat dalam kegiatan pertanian padi.
“Dalam kegiatan pasca panennya, pertanian padi melibatkan tidak kurang dari 200 ribu pabrik penggilingan yang tersebar di seluruh Indonesia. Ironisnya, dari jumlah penduduk miskin Indonesia yang 28,07 juta, hampir separuhnya adalah mereka yang bekerja sebagai petani miskin (sekitar 13 juta orang),” ungkap Bambang.
Sementara itu, kata Bambang lagi, “”Nilai tukar petani Indonesia dari tahun ke tahun berada pada kisaran 103 sampai dengan 105.”
Bambang juga mengritisi, sektor pertanian sampai hari ini juga masih menghadapi ganjalan masalah klasik untuk bisa meningkatkan produktivitas beras nasional.
“Persoalan tersebut antara lain, konversi lahan yang setiap tahunnya mencapai 100 ribu hektar. Kecenderungan perilaku generasi muda di pedesaan yang tidak lagi tertarik ikut serta dalam kegiatan pertanian padi, karena dianggap tidak menarik,” ungkapnya.
Sedangkan menurut Data BPS menyebut, tahun 2004 ada 40,61 juta orang berusia 15 tahun ke atas bekerja di sektor pertanian. Sementara tahun 2013, angkanya menyusut menjadi 39, 96 juta orang.
“Dukungan infrastruktur pertanian seperti bendungan, irigasi, saluran pertanian primer sampai tersier bagi peningkatan produktivitas pertanian nasional masih sangat minim,” demikian Bambang kembali mengritisi.
Dia juga mengingatkan kepada pemerintah, bahwa kerusakan saluran irigasi di berbagai wilayah kurang mendapat perhatian, baik oleh pemerintah pusat maupun daerah. “Rendahnya produktivitas pertanian, memperlihatkan satu potret marjinalisasi pertanian dan petani Indonesia dalam kebijakan nasional dan daerah, tandas Bambang.
Kesalahan-kesalahan kebijakan itu, menurut Bambang, yang kemudian senantiasa menjadi pembenar untuk terus menggenjot kebijakan impor pangan. “Terutama beras, jagung, kedelai dan daging,” pungkasnya.
Humas HA IPB, Bayu A Yulianto, mengatakan Musda HA Lampung sengaja diselenggarakan terkait pengukuhan DPD HA IPB Lampung di Hotel Novotel Bandar Lampung, Minggu malam ini.
Acaranya pengukuhan dihadiri Ketua Umum HA IPB Bambang Hendroyono, Sekjen Nelly Oswini, disertai jajaran pengurus DPP HA IPB yang lainya.
Pengukuhan DPD Lampung merupakan bagian dari program konsolidasi organisasi HA IPB yang terus berlanjut dalam kepengurusan periode 2013-2017 ini.
“Seluruh propinsi ditargetkan memiliki DPD HA IPB. Kehadiran DPD HA IPB di setiap propinsi juga diharapkan bisa menjadi mitra strategis pemerintah dan masyarakat dalam mendorong pembangunan pertanian di daerah,” pungkasnya. @endang
0 comments:
Post a Comment