Tuesday, March 31, 2015

UGM kembangkan alat deteksi kandungan derivat babi

UGM kembangkan alat deteksi kandungan derivat babi




LENSAINDONESIA.COM: Berbagai metode kini telah dikembangkan untuk identifikasi dan kuantifikasi derivat babi dalam produk makanan dan farmasi.


Tim peneliti Universitas Gadjah Mada telah membuat alat deteksi kandungan derivat babi. Melalui kelompok peneliti di pusat penelitian produk halal UGM kini telah mengembangkan berbagai metode fisika-kimia dan biologi molekuler untuk analisis derivat babi dalam berbagai produk.


Baca juga: Marwan Jakfar ajak mahasiswa UGM jadi tenaga pendamping desa dan 25 ribu orang Indonesia antre untuk dapatkan donor kornea


Salah seorang anggota peneliti, Prof. Dr. Abdul Rohman, S. Farm, M.Si., Apt mengatakan analisis derivat babi yang sudah dikembangkan UGM adalah analisis menggunakan spektroskopi inframerah, penggunaan berbagai jenis kromatografi, alat pembau elektronik, dan metode analisis DNA.


“Metode yang dikembangkan ini bersifat spesifik, sensitif, akurat, praktis dan murah,” kata Abdul dalam pidato pengukuhan jabatan Guru Besar, Selasa (31/3/2015), di ruang Balai Senat Universitas Gadjah Mada.


Dosen Fakultas Farmasi UGM ini mengatakan dari berbagai metode itu, ia bersama tim peneliti mengembangkan analisis derivat babi dengan teknologi spektroskopi inframerah (IR). Menggunakan radiasi elektromagnetik yang berkesesuaian dengan bilangan gelombang diketahui mampu berinteraksi dengan komponen nonhalal.


“IR ini bersifat sidik jari sehingga dapat digunakan pembedaaan komponen halal dan non halal,” katanya.


Abdul menambahkan, analisis spektroskopi dengan kemometrika, telah diuji ternyata mampu mendeteksi dan menentukan kandungan daging babi atau daging tikus dalam bakso sapi.


Selain dalam produk makanan, Abdul juga menggunakan spektroskopi IR dan kemometrika untuk analisis lemak babi dalam sediaan farmasi seperti sediaan kosmetika lotion. Spektroskopi Fourier Transform Infrared (FTIR) di bilangan gelombang 1.200-1000 cm-1 telah digunakan untuk analisis kuantitatif dan pengelompokan lemak babi dalam lotion.


“Metode ini mampu identifikasi dan kuantifikasi lemak babi dalam lotion,” kata pria kelahiran Pati 38 tahun lalu ini.


Meski spektroskopi FTIR menawarkan kesederhaan dan kecepatan tetapi metode ini menurut Abdul memiliki kelemahan ketika digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif derivat babi dalam berbagai produk. Kendati begitu, kata Abdul, metode analisis yang dikembangkan diarahkan untuk mencari model analisis produk halal dengan teknik pengoperasiannya yang relatif lebih mudah dan sekaligus murah.


“Metode yang sudah distandarisasi dapat dijadilkan metode standar nasional untuk mendukung implementasi UU Jaminan Produk Halal no 33 tahun 2014 ,” terangnya.


Dalam kesempatan itu, Abdul mengatakan ketertarikannya untuk meneliti analisis kehalalan produk sudah dimulai sejak tahun 2007. Menurutnya, selama ini analisis kehalalan produk tidak menarik bagi peneliti Barat karena tidak terkait dengan kepentingan mereka. “Keuntungan bagi kita karena hasil penelitian ini lebih mudah dipublikasikan ke jurnal-jurnal internasional bergensi,” pungkasnya.


Kesadaran masyarakat muslim di seluruh dunia menggunakan produk-produk halal semakin meningkat. Tidak hanya di produk makanan, tapi juga pada produk farmasi dan kosmetika. Tidak heran dari sisi ekonomi, perdagangan produk halal di dunia terus meningkat tajam. Pasar makanan dan minuman halal secara global diprediksi terus tumbuh dari 1,1 trilun dollar pada 2013 menjadi 1,6 triliun dollar pada 2018. @sita


alexa ComScore Quantcast

Google Analytics NOscript

0 comments:

Post a Comment