LENSAINDONESIA.COM: Amanda, seorang guru lain yang mengajar di ladang terpencil di Temanggong Sabah juga mengatakan hal yang sama. Amanda yang lulusan universitas tahun 2012 mengatakan menyukai pekerjaannya mengajar anak-anak, terlebih anak-anak TKI di ladang sawit yang memang memerlukan perhatian yang lebih besar daripada anak-anak lain yang tinggal di kota.
“Anak-anak itu sedang memiliki “power” yang besar yang memerlukan penyalurannya. Dengan diberikan pendidikan, power besar itu dapat diarahkan kepada hal yang positif untuk masa depannya. Para TKI ladang sawit, orang tua dari anak-anak itu menaruh harapan kepada kami para guru agar anak-anak mereka diberikan bekal pengetahuan untuk masa depannya agar mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi daripada mereka yang hanya peladang sawit,” demikian kata Amanda dara asal Bandung itu.
Baca juga: Tris Ani, satu setengah tahun perjuangkan hak suaminya dan Warga Indonesia di Sabah sambut CLC Kota Kinabalu
Winda, seorang guru yang mengajar di sebuah ladang sawit di Tawau menyatakan masih mau memberikan tenaganya untuk mengajar anak-anak TKI. Pasalnya, selain menyenangkan, mengajar di CLC Sabah yang berada di ladang-ladang sawit memberikan pengalaman yang baru.
“Saya graduate dari UPI Bandung dan memang ingin mengajar. Di Sabah ini, disamping mendapatkan pengalaman berpraktek mengajar, saya juga sedang merintis usaha untuk mendirikan sebuah sekolah di kampung saya selepas kontrak mengajar disini,” demikian kata Winda dara lajang cantik berkacamata ini.
Sebanyak 54 orang guru CLC yang mengajar di Ladang-ladang Sawit Sabah, menandatangani kontrak perpanjangan kedua selama dua tahun lagi sampai dengan bulan Mei tahun 2017, di Konsulat Jenderal RI di Kota Kinabalu, Sabah, Selasa (31/3/2015).
Konsul Jenderal RI di Kota Kinabalu Sabah, Akhmad DH. Irfan menyampaikan rasa gembira dan penghargaannya kepada para guru yang masih mau memperpanjang kontraknya dan mengajar para anak-anak TKI di Ladang Sawit Sabah.
“Ibu dan Bapak guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Ibu dan Bapak telah memberi pelajaran dan pengetahuan kepada anak-anak TKI yang memang memerlukan pendidikan. Walaupun tempat mengajarnya di pelosok hutan kelapa sawit, Ibu dan Bapak guru tidak berpatah semangat dan menjalankan tugas dan profesi guru dengan bersemangat,” demikian kata Irfan.
Para guru yang menandatangi perpanjangan kontrak ini berjumlah 54 orang yang berasal dari angkatan ke IV. Semula angkatan IV berjumlah 61 orang, namun 7 orang tidak memperpanjang kontrak karena berbagai alasan, antara lain karena tidak mendapatkan ijin lagi dari suami atau orang tuanya atau telah diterima sebagai PNS.
Saat ini total terdapat 469 orang guru yang berasal dari lima angkatan. Para guru itu mengajar anak-anak TKI di CLC berjumlah 24 ribuan anak di perladangan sawit di seluruh Sabah. @sita
0 comments:
Post a Comment