Monday, March 30, 2015

Dinkes DKI sebar Satgas telisik kenapa Demam Berdarah Jakarta turun

Dinkes DKI sebar Satgas telisik kenapa Demam Berdarah Jakarta turun




LENSAINDONESIA.COM: Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengklaim terjadi penurunan jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) selang 2015, karena baru mencapai 865 kasus.


“Kita justru malah turun terus dari tahun-tahun lalu. Dibanding tahun 2014, dalam kurun waktu yang sama hingga Maret turun jauh. Waktu itu tercatat 3408 orang terserang DBD,” ujar Kepala Dinkes DKI, Kusmedi Priharto, Minggu (29/3/2015).


“Tapi saya masih curiga, apakah angka ini betul atau ada yang lambat melaporkan. Makanya, saya sudah turunkan tim satgas ke RS dan puskesmas untuk melakukan penelurusan data tadi,” sambung dia.


Meski terjadi penurunan, kata Kusmedi, wilayah temuan kasus terbesar kini berada di wilayah Selatan, seperti di Pancoran, Kebayoran Baru, Cilandak, Tebet, dan Pesangrahan. Padahal tahun sebelumnya, ada di kawasan Timur.


Lebih jauh, dia menerangkan, Dinkes DKI tengah aktif bergerak menimalisir terjadinya kasus DBD. Misalnya, dengan menginvestigasi ke daerah-daerah dan memberantasa sarang nyamuk memakai metode larvasidasi.


“Perubahan musim penyakit DBD meningkat, saya mengajak masyarakat untuk berpartisipasi memberantas sarang nyamuk,” harap Kusmedi.


Kemudian, Dinkes juga segera menggalakan kembali program Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di sekolah. Alasannya, “Ditemukan juga kebanyakan kasus tertinggi terjadi pada usia 7-12 tahun. Itu merupakan usia sekolah.”


Terpisah, Wakil Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Husein Habsyi menyarankan, Jakarta mengikuti jejak Kuba dalam menanggulangi penyakit yang ditularkan nyamuk Aedes Aegypti itu.


Caranya, imbuh dia, mengajak masyarakat konsisten memberantas sarang nyamuk secara terus-menerus dan serentak sepanjang tahun. “Akhirnya, Kuba dapat mengendalikan DBD dan kasus terakhir yang dilaporkan adalah tahun 2002.”


Masyarakat Kuba, kata Husein, berhasil menumpas wabah DBD, karena dihadapi seluruh negeri. Pasalnya pada 1981, negera yang pernah berseteru dengan Amerika ini merugi USD 103 juta.


Berdasarkan data Dinkes DKI, terdapat 18.735 kasus DBD dengan angka kesakitan (incidence rate/IR) 221,09 per 100 ribu penduduk dan angka keparahan (case fatality rate/CFR) 0,10 persen. Kasus terus meningkat di tahun 2011.Hingga pada 2014 CFR tertinhhi mencapai 0,31 persen.


Berikut jumlah IR DBD terbanyak di DKI Jakarta:

A. Tingkat Kotamadya

Jakarta Selatan IR 109,43

Jakarta Barat IR 98,68

Jakarta Pusat IR 76,83

Jakarta Timur IR 69,88

Jakarta Utara IR 60,98


B. Tingkat Kecamatan di Jaksel

Cilandak IR 142,08

Kebayoran Baru IR 124,58

Pasar Minggu IR 122,11


C. Kelompok umur tertinggi pada usia 7-12 tahun dengan IR 229/100 ribu penduduk. @fatah Sidik


alexa ComScore Quantcast

Google Analytics NOscript

0 comments:

Post a Comment