Wednesday, May 27, 2015

Dalai Lama desak Aung San Suu Kyi ikut andil akhiri krisis Rohingya

Dalai Lama desak Aung San Suu Kyi ikut andil akhiri krisis Rohingya

LENSAINDONESIA.COM: Pemimpin spiritual Budha Tibet, Dalai Lama, mendesak Aung San Suu Kyi, ikut dalam menyelesaikan krisis Rohingya. Hingga kini, peraih Nobel tersebut Aung San Suu Kyi itu belum mengeluarkan statemen ataupun tindakan terkait hal ini.

Banyak pengamat yang menduga hal itu disebabkan karena tokoh gerakan demokrasi Myanmar itu khawatir kehilangan jumlah pemilih menjelang pemilihan yang dijadwalkan November mendatang.

Baca juga: Anak yatim pengungsi Rohingya akan ditampung di pesantren dan Pemerintah salurkan Rp2,3 miliar bantuan untuk pengungsi Rohingya

Padahal, negara-negara Asia Tenggara mulai mengalami krisis pengungsi seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia karena imigran gelap etnis Rohingya.

Dalai Lama mengaku sudah dua kali mengingatkan Suu Kyi harus angkat bicara terkait konflik Rohingya, sejak 2012. Ia meminta agar Suu Kyi berbuat lebih banyak bagi Rohingya ketika kekerasan sektarian antara Rohingya dan umat Buddha pecah di negara bagian Rakhine.

“Ini sangat menyedihkan. Di kasus Burma (Myanmar), saya berharap Aung San Suu Kyi, sebagai pemenang Nobel, bisa melakukan sesuatu,” katanya kepada surat kabar The Australian, Kamis (28/5/2015), dalam sebuah wawancara menjelang kunjungan ke Australia minggu depan.

“Saya bertemu dengannya dua kali, pertama di London dan kemudian Republik Ceko. Saya menyebutkan tentang masalah ini dan dia mengatakan dia menemukan beberapa kesulitan, bahwa hal-hal yang tidak sederhana tetapi sangat rumit. Tapi terlepas dari itu saya merasa dia bisa melakukan sesuatu,” kata Dalai Lama.

Suu Kyi, yang menghabiskan 15 tahun dalam tahanan rumah karena mengkritik junta Myanmar, membela diri bahwa kebisuannya atas nasib warga Rohingya dengan alasan ia adalah politikus, bukan pembela hak asasi manusia.

Dalai Lama mengatakan penyelesaian konflik Rohingya tidak bisa hanya sekedar wacana.

“Ini tidak cukup. Ada sesuatu yang salah dengan cara manusia berpikir. Pada akhirnya kita kurang peduli terhadap kehidupan orang lain, kesejahteraan orang lain,” kata peraih Nobel ini.

Sekitar 1.1 juta warga Rohingya di Myanmar tidak mempunyai kewarganegaraan dan hidup dalam kondisi terdiskriminasi. Hampir 140 ribu orang mengungsi dalam bentrokan mematikan dengan umat Buddha di negara bagian barat Rakhine pada 2012.

Sementara di Indonesia, sejak pekan lalu tercatat setidaknya 1.700 imigran Rohingya dan Bangladesh yang terdampar di beberapa kabupaten di Aceh. PBB mengatakan, diperkirakan masih ada sekitar 2.600 pengungsi masih terkatung-katung di Selat Benggala dan Laut Andaman.@sita/bbs

alexa ComScore Quantcast
counter customisable
Google Analytics NOscript

0 comments:

Post a Comment