LENSAINDONESIA.COM: Dari semua kementerian, Jokowi memberi perhatian khusus pada Kementrian ESDM dan Kementrian Pertanian. Pengamat sosial politik dari Forum Masyarakat Maluku (Formama) Arnold Thenu menyatakan, bahwa kabinet Jokowi-JK membutuhkan Menteri ESDM yang memiliki keberanian dan bernyali tinggi dalam menjalankan program mengamankan ESDM lima tahun ke depan. Termasuk, melibas mafia Migas yang menguras kekayaan Indonesia.
Mengacu pada bursa kandidat Menteri ESDM yang beredar di publik, Arnold Thenu menilai, bahwa Poltak Sitanggang yang Ketua APEMINDO (Asosiasi Pengusaha Mineral Indonesia). merupakan kandidat yang paling berani dibanding nama lainnya yang beredar di bursa.
Baca juga: Awas! Akrobat politik parlemen halangi pemberantasan mafia migas dan Mafia Migas ugal-ugalan gerogoti negara pertahun 11 T, ini kata Poltak
Menurut Arnold, keberanian seorang kandidat menteri bukan diukur dari kemampuannya mengelola bisnis sebuah perusahaan multinasional atau keberhasilannya menjalankan proyek saja.
“Karena hal itu bukan wujud dari keberanian, namun hal yang lumrah harus dilakukan seorang CEO perusahaan, bagian dari rencana bisnis biasa yang dijalankan. Sementara untuk seorang Menteri ESDM di Kabinet Jokowi-JK dibutuhkan keberanian, sekaligus rasa kecintaan yang tinggi terhadap bangsa dan tanah airnya karena memberantas mafia migas,” jelas Arnold.
“Melakukan renegoisasi terhadap kontrak-kontrak karya pertambangan asing yang selama ini tidak menguntungkan negara dan rakyat serta penegakan kedaulatan SDA kita bukanlah negoisasi bisnis semata, namun dilandasi oleh kepentingan bangsa bahwa sumber-sumber kekayaan alam negeri ini harus dikuasai negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai pasal 33 UUD 1945,” katanya.
“Hal itu sudah dilakukan oleh Poltak Sitanggang saat memenangkan renegoisasi KK Rio Tinto di Sulawesi. Ia juga sukses merebut lahan seluas 44 ribu hektar yang sebelumnya dikuasai oleh perusahan asing tersebut di pengadilan,” tutur.
“Jika tanpa jabatan apa-apa Poltak bisa melakukan itu, maka dengan duduk sebagai Menteri diharapkan Poltak akan memiliki keberanian dan bisa berbuat lebih dari itu. Dan, inilah yang dibutuhkan oleh Jokowi dan Indonesia sekarang,” tegas Arnold.
Menurut Arnold, nama-nama seperti Karen Agustiawan, Arie Soemarno, Darwin Silalahi dan yang muncul terakhir di publik seperti Iwan Rahman dan Emirsyah Satar tidak memiliki keberanian yang dibutuhkan seorang Menteri ESDM Kabinet Jokowi-JK.
“Prestasi mereka di perusahaan masing-masing lebih, karena dukungan fasilitas, keuangan dan rencana bisnis matang dari perusahaan dibelakang mereka. Namun, nyali orang-orang ini untuk melaksanakan program-program Jokowi seperti pemberantasan mafia migas atau renegoisasi sesuai UU Minerba No. 4 Tahun 2009 patut diragukan,” tandasnya.
“Mengingat diantara nama-nama tersebut banyak yang dibesarkan oleh perusahaan minyak asing atau pernah bekerja dan memiliki hubungan dengan perusahaan-perusahaan asing tersebut. Sehingga konflik kepentingan sangat mungkin terjadi,” paparnya.
Ia mencontohkan nama Karen Agustiawan dan Darwin Silalahi yang jelas-jelas memiliki rekam jejak sebagai pejabat dari perusahaan minyak asing yaitu MobilOil dan Shell.
Sementara Arnold menilai dua nama lainnya seperti Arie Soemarno dan Iwan Rahman justru harus diwaspadai oleh kubu Jokowi-JK jika masuk dalam kabinet.
“Rekam jejak keduanya jelas tidak memenuhi harapan publik, karena sepak terjang Arie Soemarno selama ini yang terindikasi terlibat dalam kasus impor minyak Zatapi dan pengalamannya sebagai pucuk pimpinan Petral membuat kredibilitasnya dipertanyakan. Iwan Rahman lebih parah, dia yang mengajak Rudi Rubiandini, orang yang selama ini dikenal bersih untuk main golf dan mengenalkannya dengan Deviardi hingga akhirnya Rudi dan Deviardi terjerat suap-menyuap yang membawa mereka ke penjara. Iwan sendiri patut dicurigai menjadi titipan mafia migas jika sampai masuk ke kebinet Jokowi,” tandasnya.
Nama lainnya seperti Emirsyah Satar menurut Arnold sangat tidak kompeten dengan pos Kementerian ESDM. “Sebagai akuntan yang berlatar belakang bisnis perbankan, maka orang seperti Emirsyah Satar ini akan kewalahan jika didudukkan di kursi Menteri ESDM. Pertimbangannya dalam memberantas mafia migas dikhawatirkan terganggu dengan latar belakangnya sebagai akuntan yang berurusan dengan uang. Apalagi ia tercatat pernah membuat Garuda Indonesia merugi 11 juta USD di tahun 2013 saat ia memimpin,” pungkas Arnold.
Poltak Sitanggang diketahui merupakan salah satu kandidat Menteri ESDM yang disebutkan langsung oleh Jokowi dalam pertemuan dengan Aktivis 98 di Bali pada Akhir September lalu. Ia juga merupakan kandidat Menteri peraih polling tertinggi di situs http://ift.tt/1nJU5vt yang dikunjungi oleh 1,2 juta orang. Selain itu, Poltak juga diunggulkan dalam polling di http://ift.tt/1Dats9Z yang digagas oleh para mahasiswa Indonesia di Singapura. @licom
0 comments:
Post a Comment