Oleh: Made Supriatma (Indoprogress)
TIDAK banyak yang diketahui apa yang diperoleh YAD, atau dalam hal ini Hashim Djojohadikusumo, dalam usaha lobbying ini. Statement dalam laporan di Konggres, sebagaimana yang disebutkan di atas, sangat kabur. Saya berusaha mencari tambahan informasi dari US Department of Justice yang memiliki website fara.gov, yang memuat semua kegiatan lobbying. FARA atau Foreign Agents Registration Act, mengharuskan setiap firma lobbying mengisi formulir dan menyerahkan setidaknya dua dokumen untuk diketahui secara umum. Sayangnya, hingga kini saya belum menemukan William Mullens dalam kaitannya dengan YAD dalam daftar registrasi FARA tersebut.
Namun dalam pendaftaran di Senat dan DPR, ada satu kolom yang mengindentifikasikan lembaga yang disasar dalam urusan lobbying ini, yaitu DPR, Senat, Departemen Luar Negeri (State Department), dan USAID. Carl Ross, seorang lobbyist untuk lembaga-lembaga HAM nirlaba, mengatakan bahwa ada kemungkinan lobbying ini bertujuan untuk memperbaiki citra di depan anggota Kongres (Congress) Amerika atau mengubah kebijakan di tingkat eksekutif. Namun, itupun tidak memberikan gambaran yang cukup akurat tentang upaya lobbying ini.
Baca juga: Ini elit-elit Indonesia yang pernah sewa perusahaan lobbying Amerika dan Dinasti Djojohadikusumo, sumbang anak miskin & undang Peter Carey
Seorang informan mengatakan, memang Hashim bertemu dengan beberapa anggota Kongres dalam kunjungannya ke Washington, DC pada April tahun 2013. Salah satu persoalan yang dibicarakan adalah soal larangan masuk ke AS bagi Prabowo Subianto. Seorang Senator kabarnya berkomentar, ‘It will be OK if you are in but it’ll stay the same if you are not.’ (Tidak ada masalah jika masuk (artinya Prabowo terpilih jadi presiden), akan tetapi (keadaan) akan tetap sama kalau tidak (terpilih sebagai presiden).’ Saya tidak dapat memverifikasi jawaban ini.
Hashim melakukan banyak hal dalam kunjungannya di bulan April 2013 itu. Dari log pertemuan di State Department, terlihat bahwa Hashim telah menemui Dubes Luis CdeBaca dua kali, yakni pada tanggal 24 April 2013 jam 4.15 sore dan 26 April 2013 jam 9 pagi.29 Dubes C deBaca adalah duta besar untuk Kantor Urusan Memonitor dan Memerangi Lalulintas Perdagangan Manusia (The Office to Monitor and Combat Trafficking in Persons). Dia menjabat sejak tahun 2009 dan berkantor di Deplu AS. Dua kali pertemuan itu tentu menimbulkan pertanyaan. Apa urusan Hashim dan Yayasan Arsari dengan isu-isu trafficking?
Ternyata ini ada hubungannya dengan putri Hashim, Saraswati, yang mengaku memiliki keprihatinan akan isu-isu perdagangan manusia (human trafficking). Sara, demikian dia dipanggil, adalah seorang aktris yang membintangi film-film yang diproduksi oleh Margate House Films milik Rob Allyn30 dan Media Desa Indonesia yang dipimpinnya sendiri.
Saat ini, Sara adalah politisi Gerindra dan dia terpilih untuk duduk di DPR-RI mewakili distrik Jawa Tengah IV. Dalam majalah sebuah LSM yang bernama ‘Wadah’,31 terlihat Sara mempresentasikan pandangannya tentang perdagangan manusia di hadapan beberapa anggota DPR AS.32 Di antara yang hadir adalah Congressman Bobby Scott (D) dari Virginia dan Congresswoman Barbara Lee (D) dari California. Presentasi ini didampingi oleh Singleton McAllister, yang tidak lain adalah lobbyist yang bekerja untuk Williams Mullen.
Seberapa jauhkah keterlibatan Sara dalam isu-isu perdagangan manusia? Beberapa aktivis anti-perdagangan manusia mengaku tidak terlalu mendengar nama Sara di lapangan. Satu-satunya peristiwa besar dari klan Soemitro Djojohadikusumo yang berkaitan dengan trafficking adalah ketika Prabowo membela Wilfrida Soik, seorang tenaga kerja wanita (TKW) asal Atambua, Nusa Tenggara Timur, yang dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan Malaysia. Namun, banyak orang memperkirakan bahwa bantuan ini bermotif politik.33
Kita tidak tahu untuk apa persisnya upaya lobbying oleh YAD tersebut. Namun lobbying tersebut paling tidak memberikan indikasi adanya usaha Hashim untuk memperkuat posisi politiknya di Washington, DC. Pada kunjungan bulan April 2013, Hashim juga meresmikan berdirinya The Sumitro Djojohadikusumo Center for Emerging Economies in Southeast Asia (SDCEESEA). Lembaga yang memiliki nama panjang itu didanai oleh Hashim.34 Akan tetapi, tidak pernah disebutkan berapa besar dana yang digelontorkan Hashim untuk Center ini.35
Banyak orang-orang penting di Washington duduk di dalam Dewan Penasehat Center ini, antara lain Richard Armitage, mantan deputi Menlu AS tahun 2001-2005; William Cohen, mantan menteri pertahanan AS; dan Ralph Boyce, bekas duta besar AS di Jakarta.36 Center ini diketuai oleh Ernest Z. Bower, yang adalah juga presiden dari perusahan Bower Asia Group. Perusahan jasa konsultan ini memiliki kantor di pusat-pusat ekonomi di Asia. Di Jakarta, kantor Bower Asia Group dipimpin Douglas Ramage, seorang Indonesianis yang banyak menulis soal Islam dan politik di Indonesia.
Keterlibatan Hashim secara langsung di Washington baik lewat usaha lobbying maupun lewat CSIS, agaknya memperbesar credential di kalangan orang-orang berpengaruh di Washington DC. Ada juga tanda lain yang menjadi kepentingan Hashim terhadap Amerika. Hashim pernah menulis sebuah artikel di harian The Hill, harian yang paling banyak dibaca oleh para politisi di Washington.
Dalam artikel yang berjudul ‘Indonesia needs US help for free elections’ (Indonesia memerlukan bantuan AS untuk pemilihan bebas),37 Hashim menghimbau agar pemerintah AS mengirimkan lembaga-lembaga seperti National Democratic Institute, the International Foundation for Electoral Systems, the International Republican Institute, The Carter Center, dan lain sebagainya untuk memonitor pemilu di Indonesia. Hashim kuatir akan kecurangan-kecurangan dalam pemilu. Dan tentu kecurangan-kecurangan ini akan merugikan partainya dan kans kakaknya untuk menjadi presiden.
Dugaan yang paling kuat dari upaya lobbying ini adalah untuk kepentingan Prabowo Subianto dalam perjalanannya menuju kursi kepresidenan.38 Bagaimanakah sikap AS terhadap Prabowo? Agaknya Washington dibawah presiden Obama masih bersikap kukuh dan secara terang-terangan memperlihatkan sikap tidak sukanya pada Prabowo. Duta besar Amerika Serikat di Jakarta Robert Blake, secara terus terang menulis surat ke Koran The Wall Street Journal dan mengatakan perlunya penyelidikan atas pelanggaran HAM Prabowo di masa lalu.39
Namun apapun yang terjadi, Hashim sudah membuka jalan untuk Prabowo di Washington. Seperti yang dikatakan oleh seorang senator di atas, ‘Things will be OK if he is in!’ @TAMAT
* Penulis adalah peneliti masalah-masalah politik militer dan jurnalis lepas (freelance). Tulisannya pernah muncul di Prisma, Jurnal Indonesia, dan Inside Indonesia.
Sumber: Indoprogress
Judul asli: “Membeli Pengaruh di Washington: Menelusuri Peran Hashim Djojohadikusumo”
1. Pada bagian awal, Peter Carey menghubungkan Prabowo dengan masa lalu keluarganya. Menurut Carey, Prabowo adalah keturunan Raden Tumenggung Kertanegara atau yang dikenal juga dengan nama Raden Tumenggung Banyakwide. Kertanegara atau Banyakwide ini adalah salah seorang pembantu Diponegoro. Namun, tampak bahwa dalam proses editing film ini berusaha mengaburkan batas antara Banyakwide dan Diponegoro (terutama antar 2:90 hingga 3.05). Lihat, http://ift.tt/1sKsYVc
2. http://ift.tt/1ru3959
3. Perdebatan cukup hangat terjadi dalam bentuk tulisan-tulisan di website ‘New Mandala’ yang dikelola oleh the Australian National University (ANU) College of Asia and the Pacific. Lihat misalnya: http://ift.tt/1sKsYVg
4. “Prabowo: Saya Hanya Wayang,” DetikNews, 31 Maret 2009. http://ift.tt/1vlPLol [Diakses 5 Mei 2014]
5. Nama lengkapnya adalah Aryo Puspito Setyaki Djojohadikusumo. Dia baru saja terpilih menjadi anggota DPR-RI dari partai Gerindra. Aryo mewakili DKI Jakarta Dapil III (Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Kepulauan Seribu). Media di Indonesia ramai memberitakan keterpilihannya karena dia dia mengeluarkan Rp 8.6 milyar untuk dana kampanye. Lihat: http://ift.tt/1sKsXAw
6. Sama seperti kakaknya, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo juga akan menjabat sebagai sebagai anggota DPR-RI dari partai Gerindra. Dia akan mewakili daerah pemilihan Jawa Tengah IV yang meliputi Kabupaten Sragen, Karanganyar, dan Wonogiri. Juga sama seperti kakaknya, Sara menghabiskan biaya kampanye yang sangat besar untuk lolos ke Senayan. Dia membelanjakan sekitar Rp 6,5 milyar uang pribadinya untuk kampanye. Lihat http://ift.tt/R1DQgc
7. Profil YAD terpampang disebuah website. Namun, ada perbedaan antara isi pengurus YAD dalam website ini dengan pemberitaan di media. Lihat, http://ift.tt/1sKsYVh
8. Fakultas Ilmu-ilmu Budaya (FIB) UGM misalnya mendapat sebuah gedung berlantai empat senilai Rp 13,5 milyar. Gedung itu diberi nama kakeknya Hashim, RM Margono Djojohadikusumo.
9. Dalam sebuah dokumen YAD, misalnya disebutkan adanya pembangunan Laboratorium Biosafety Level III (BSL 3), di Institute of Human Virology and Biology Center of the University of Indonesia (IHVCB-UI) sebesar US$ 500,000 untuk pengadaan fasilitasnya dan US$ 15,000 per bulan untuk biaya operasional.
10. http://ift.tt/1sKsXAy
11. “Digenggam Ketua Dewan Pembina,” Tempo, Edisi Senin 23 Juni 2014.
12. Di dalam struktur USINDO, Hashim Djojohadikusumo duduk sebagai anggota dewan penasehat. Lihat http://ift.tt/1sKsXAA.
13. http://ift.tt/1ru395c
14. Lihat profil perusahan ini di Washington Post: http://ift.tt/1sKsXAC
15. Lihat: http://ift.tt/1ru395e Rupa-rupanya, setelah 2013, Williams Mullen tidak mendapatkan banyak klien. Beberapa lobbyist termasuk yang dipekerjakan untuk melobby untuk kepentingan YAD keluar dari perusahan ini. Pada tahun 2014 (hingga Maret) pendapatan perusahan ini dari jasa lobbying hanya sebesar US$30,000.00 saja.
16. The Sunlight Foundation memiliki mesin pencari di web yang bernama ‘Influence Explorer’. Ini dipakai untuk melacak dana-dana politik yang disumbangkan oleh individu atau lembaga atau perusahan kepada politisi tertentu. Williams Mullen bisa disebut punya kecondongan ideologis pada Partai Republik karena lebih banyak menyumbang untuk aktivitas kaum konservatif yang menjadi basis Partai Republik. Untuk sumbangan-sumbangan politik Williams Mullen, lihat http://ift.tt/1ru37ds
17. Mike Ferrel adalah lobbyist utama dalam urusan YAD. Ferrel bergabung dengan Williams Mullen tahun 2012. Dia memiliki pengalaman yang luas dalam bisnis lobbying. Isu-isu yang ditangani antara lain jasa keuangan, energy, layanan kesehatan, keamanan dalam negeri, dan perwakilan pemerintah asing.[16] Ferrel punya pengalaman 11 tahun bekerja baik di House of Representatif maupun di Senat. Dia adalah orang yang sangat paham akan seluk beluk di Kongres Amerika. http://ift.tt/1sKsXAF
18. Tom Jolly berpengalaman 30 tahun dalam urusan lobbying. Dia pernah bekerja sebagai komite kampanye Partai Demokrat baik di Senat maupun di House. Tom Jolly adalah spesialis untuk melobby berbagai cabang pemerintah federal dan segala hal yang berhubungan dengan pemerintahan Amerika.
19. Jill mengawali karir politiknya dengan magang pada kantor Edward Kennedy (Senator dari Massachusetts). Dia kemudian berkarir di berbagai bidang bisnis. Jill memiliki keahlian lobbying untuk urusan hubungan dengan pemerintah, advokasi legislative, public relations dan soal-soal kelembagaan tingkat akar rumput. Dalam biografi singkatnya di Linked.com, dia menyebutkan dia pernah mengelola lobbying isu ‘anti perdagangan manusia’ untuk seorang klien terkemuka. http://ift.tt/1ru37dw Kemungkinan besar klien itu adalah YAD.
20. Singleton adalah seorang pengacara kulit hitam. Dia pernah diangkat oleh Presiden Clinton untuk menjadi penasehat umum USAID. Dia sangat menguasai pembangunan internasional. Ketika masih bekerja di Kongres Amerika, dia membantu rancangan undang-undang tentang Yayasan Pembangunan Afrika (African Development Foundation). http://ift.tt/1sKsZbA
21. Charles ‘Chip’ Nottingham adalah satu-satunya Republikan dalam menangangi lobbying YAD. Dia berpengamalan di Kongres maupun di pemerintahan khususnya dalam soal transportasi. http://ift.tt/1ru39lu
22. Hillary Clinton dalam buku biografi terbarunya mengatakan bahwa setelah Presiden Clinton selesai menjabat mereka tidak punya uang sama sekali. Untuk sekelas Clinton, mereka tidak butuh jadi lobbyist. Setelah selesai menjabat, mereka akan dapat tawaran menjadi pembicara dimana-mana dengan bayaran sangat tinggi.
23. Lihat Eyal Press,”The Suharto Lobby” http://ift.tt/1sKsZbB
24. Lihat, http://ift.tt/1ru37dE
25. Ibid.
26. Banyak politisi yang menulis opini di media-media itu sesungguhnya dibantu oleh perusahan-perusahan sejenis ini. Ini adlah bagian dari ‘image-making’ dari seorang politisi.
27. ‘A Lobbying Bonanza,’ http://ift.tt/1ru37tS
28. Andreas Harsono dan Nathaniel Heller, “Jakarta’s intelligence service hires Washington lobbyists.” http://ift.tt/1sKsZbM
29. http://ift.tt/1ru39lw
30. Rob Allyn banyak disebut-sebut sebagai operator politik Prabowo. Memang sebelum memproduksi film, Allyn adalah konsultan politik untuk partai Republik. Di Amerika dia berhasil membuat George W. Bush terpilih kembali sebagai gubernur Texas. Namun prestasi terbesar Allyn adalah membuat Vincente L. Fox terpilih sebagai presiden Mexico tahun 2000.
31. Wadah adalah sebuah LSM yang didirikan oleh istri Hashim, Anie Haryati. LSM ini khusus memusatkan diri pada persoalan-persoalan perempuan. Wadah adalah singkatan Wanita dan Harapan. LSM ini mengembangkan jaringan ke beberapa negara Asia. Namun, keterlibatan YAD dalam isu-isu trafficking tidak bisa dianggap enteng juga. Pada tahun 2012-2013, YAD menjadi donor bagi sebuah LSM di Nepal yang bernama ‘Maiti Nepal.’ YAD memberikan US$4,4 juta kepada LSM tersebut. http://ift.tt/1sKsZs0
32. Lihat http://ift.tt/1ru39ly.
33. http://ift.tt/1sKsXQZ
34. Dalam peresmian Center ini, tampak Rob Allyn juga hadir disana. http://ift.tt/1ru37tW
35. Pada tahun 2010, Bakrie juga memberikan dana yang serupa untuk Bakrie Chair in Southeast Asian Studies pada Carnegie Endowment for International Peace. Dukungan (endowment) kepada think tank ini juga bisa dilihat sebagai upaya tidak langsung mempengaruhi kebijakan di Washington.
36. http://ift.tt/1sKsZs2
37. http://ift.tt/1ru39lA
38. Majalah Tempo melaporkan bahwa sekitar bulan September 2013 ada dua diplomat dan dua pejabat intelijen AS datang menemui Prabowo dirumahnya di Hambalang. Lihat Tempo Edisi 28 Oktober – 3 November 2013.
39. http://ift.tt/1sKsXR3
0 comments:
Post a Comment