Thursday, February 26, 2015

Inspiratif, anak penjual ikan ini bisa lulus cum laude di UGM

Inspiratif, anak penjual ikan ini bisa lulus cum laude di UGM




LENSAINDONESIA.COM: Kuliah di kampus Universitas Gadjah Mada tentu menjadi impian bagi sebagian siswa. Tidak terkecuali bagi Puji Utomo.


Meski berasal dari keluarga kurang mampu, tidak memupus impian dan semangatnya untuk meraih cita-cita demi menggapai masa depan nan cemerlang dengan tekun belajar.


Baca juga: Ika Dewi Ana ciptakan komposit pengganti tulang dan Ika Dewi Ana ciptakan komposit pengganti tulang


Puji Utomo, 22 tahun, misalnya, menceritakan orang tuanya adalah penjual ikan di pasar Juwana, Pati, Jawa Tengah. Setiap hari orang tuanya berangkat menjelang tengah malam dan pulang pada esok hari. Menjadi penjual ikan dilakoni dalam 6 tahun terakhir. “Dulu bapak itu tukang becak,” kata Puji yang lulus sarjana teknik sipil UGM dengan predikat lulusan terbaik.


Anak dari Pasangan Waso dan Rudiah ini mengaku dari enam saudaranya, hanya dirinya sendiri yang menikmati bangku kuliah. Keterbatasan ekonomi menyebabkan saudaranya memilih langsung bekerja dan menikah setelah tamat sekolah.


Berbeda dengan Puji, saat sekolah SMA mendaftar kuliah di UGM melalui jalur beasiswa Bidik Misi. Setelah dinyatakan lulus, Puji meyakinkan orang tuanya dengan berjanji tidak akan meminta uang untuk biaya kuliah. Sebaliknya hasil tabungannya dari sisa uang saku beasiswa, digunakan membantu tambah modal usaha bisnis ikannya yang sempat merugi.


“Alhamdulillah sekarang usaha bapak sudah lancar,” kata Puji yang mengatakan saat ini ikan yang dijual capai satu kwintal sehari.


Mendapat tambahan uang saku dari beasiswa keluarga miskin diakui Puji memang dangat membantu. Uang saku sebesar Rp 600 ribu sebulan selama 4 tahun, digunakan untuk mencukupi kebutuhan biaya hidup selama kuliah.


Namun dengan bertambah tahun, kebutuhan kuliah pun menjadi semakin bertambah. Alhasil, Puji sempat tinggal dan menjadi penjaga mesjid di daerah pogung utara.


Meski tidak memikirkan masalah uang kontrakan, untuk mencukupi kebutuhan tambahan, Puji sempat mengajar di beberapa tempat bimbingan belajar. Dia pun sempat mengajar pada anak-anak difabel. “Di kelas anak-anak difabel saya sempat ngajar dua bulan,” kata Puji yang selama awal-awal kuliah menggunakan sepeda ontel.


Meski memiliki pekerjaan sampingan di luar kuliah, Puji tetap selalu memperhatikan kuliahnya. Mahasiwa angkatan 2010 ini pun bisa lulus dengan predikat Cum Laude dengan IPK 3,86. Kini setelah lulus, Puji berencana untuk kembali ke desanya di Bakaran Wetan, Juwana, Pati.


“Saya ingin ikut gerakan sarjana pulang bangun ke desa,” kata Puji yang sempat ditawari mengajar di salah satu perguran tinggi di Lombok. @sita


alexa ComScore Quantcast

Google Analytics NOscript

0 comments:

Post a Comment