Thursday, April 30, 2015

Membumikan kemanusiaan dalam kerangka Pancasila

Membumikan kemanusiaan dalam kerangka Pancasila

LENSAINDONESIA.COM: Prof. Dr. Ir. H Abdullah Sahab M.Sc. menjelaskan, bahwasanya manusia dianggap tidak terlalu penting dalam perkembangan dunia ini. Menurutnya, kemanusian ini menekankan bahwasanya manusia harus diangkat derjatnya tidak memandang apapun siapa manusia itu.

Kemudian timbul banyak aliran-aliran pada jaman renaissance yang timbul tentang mengangkat derajat manusia atau bisa dikatakan humanism.

Baca juga: LSP ITS revitalisasi nilai-nilai Pancasila di kalangan generasi muda dan Mahasiswa ITS gelar diskusi 'Menegakkan Sumpah Pemuda dan Pancasila'

“Ada tiga yang melandasi perbandingan dalam pembentukan sifat humanism, yakni humanism (penekanan manusia), naturalisme (penekanan pada alam ), dan supernaturalisme (penekanan pada hal yang lebih transedental),” paparnya diskusi bertema “Membumikan Kemanusiaan dalam kerangka Pancasila” yang diselenggarakan Lembaga Studi Pancasila Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya (LSP ITS) di Kampus ITS Surabaya, Rabu, (29/04/2015).

uru Besar Teknik Mesin ITS ini mengatakan, esensi (tujuan manusia) lebih ada dahulu ada dibandingkan dengan eksistensi (keberadaannya), hal inilah yang berlaku bagi manusia sesuai dengan prinsip ketuhanan.

Hal ini berlawanan dengan prinsip dari pemikir barat dimana esensi dari manusia itu lebih dahulu ada daripada eksistensinya. Dimana mempunyai tujuan dari adanya manusia tersebut. Seharusnya manusia itu dalam bertindak bertanggung jawab akan tetapi tidak dalam realitanya. Banyak Penyelewengan dalam kehidupan manusia itu sendiri.

Banyak kelompok yang mengangkat kemanusian khususnya kemanusiaan di barat yang mengatasnamakan HAM seolah olah mengangkat derajat manusia tetapi sebenarnya mendegradasi prinsip kemanusiaan itu sendiri. Contoh : posisi orang berkulit hitam di amerika tidak mendapatkan pendidikan yang sederajat dengan orang kulit putih, mungkin beberapa.

“Hal tersebut memang disengaja bukan berarti orang kulit hitam itu bodoh. Bagaimana eksistensi suku asli di Australia yang tidak diperhatikan dalam pendidikan maupun kesejahteraannya padahal mereka mendiami dahulu dibandingkan penduduk berkulit putih (bekas tahanan). Padahal Indonesia sendiri lebih menerapkan sisi kemanusiaan dibandingkan dengan kemanusiaan barat tersebut. Aliran kemanusian Prinsip dalam negara indonesia ini bahwasanya kemanusiaan (humanism) ini ternaungi akan nilai dari ketuhanan yang maha esa. Dimana hubungan antar sesama manusia ini terikat kepada prinsip ketuhanan sesuai ajarannya yang merujuk kepada kebenaran mutlak,” jelasnya.

Dalam pandangan Islam tentang kemanusiaan, sebagai contoh dalam cerita anak manusia yang pertama dimana Qabil membunuh adiknya Habil, dan Qabil kesulitan dan sedih dalam mengubur adiknya. Menurut islam siapa yang membunuh seseorang (satu orang) dan tidak membunuh orang lain dan tidak melakukan kejahatan, maka seolah olah dia membunuh seluruh manusia. Siapa yang menghidupkan manusia dia menghidupkan kemanusiaan. Karena manusia sangat mulia dihadapan Allah SWT.

Dalam kemanusiaan sendiri erat kaitannya dengan prinsip kebebasan. Dalam kebebasan berpikir, manusia berhak memilih untuk berbuat sesukanya. Dalam pandangan ketuhanan seperti yang dianut oleh bangsa Indonesia prinsip kebebasan harus disertai dengan rasa tanggung jawab sejalan dengan batasan-batasan yang termaktub dalam sebuah acuan. Kebebasan yang sebebas bebasnya harus dihentikan ketika kebebasan itu dalam kehidupan bermasyarakat mengganggu kehidupan orang lain, hal itu yang mendasari penegakkan hukum bagi para pengedar narkoba belakangan ini.Dalam prinsip kebebasan berpikir kita harus bijak dan cerdas dalam memandang pemikiranataupun paham tertentu.

Perkembangan teknologi dan sains dalam jaman globalisasi sekarang ternyata tidak memberikan kehidupan yang damai, bahagia, adil maupun manusiawi secara utuh. Hal itu tidaklah secara otomatis membawa efek penyelesaian ketidakadilan. Padahal dalam pancasila, sila kedua mengadung nilai humanitas yang luas dan dalam yaitu mewujudkan keadilan dan keberadaban dalam prespektif kemanusiaan. Kemanusiaan yang adil dan beradap ini lah yang mampu menembus sekat-sekat budaya, suku, dan teretorial secara geografis, dan memiliki dampak persatuan untuk membangun peradaban yang adil dalam berbangsa dan bernegara.

Adil merupakan salah satu nilai yang ada dalam kemanuasin yang sekarang sering di istilakan sebagai Hak-Hak Asasi Manusia atau HAM. Oleh karena itu seyogyanya seluruh masyarakat indonesia denga status sosil apaun adalah memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan komitmen yang sungguh-sungguh dalam disetiap lini kehidupan yang didasarkan prinsip kemanusiaan, dan empati terhadap yang lain.

“Jadi hematnya dalam perkembangan peradaban apa pun, termasuk teknologi dan sains di jaman sekarang ini harus dikendalikan oleh nilai nilai yang manusiawi atau lebih jelasnya teknologi yang memiliki nilai nilai kemanusian, yaitu memposisikan manusia seutuhnya sebagai manusia,” kataAbdullah Sahab.

Dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara saat ini ketidakadilan terjadi dimana-mana. Pada umumnya hanya segelintir oranglah yang mendapatkan perhatian, katakanlah penanam modal, para pejabat. Rakyat kecil, golongan yang tidak mampu tidak perlu diperhatikan. Kondisi inilah yang mendekatkan suatu bangsa kepada Kapitalisme, hal itu bertentangan dengan kaidah yang kita anut dalam bernegara.

Ada segelintir negara yang berkuasa yang konsumsi energi 80 % dari konsumsi energi dunia, katakanlah amerika. Dan mereka ingin mempertahankan kondisi tersebut, maka mereka “merampok” ke negara lain. Salah satunya Indonesia yang menjadi korbannya.

Maka dari itu dalam pengelolaan sumberdaya alam untuk mewujudkan keadilan bagi penduduk indonesia kita wajib untuk mempertahankan sumberdaya alam tersebut. Kemudian perhatian kepada rakyat kecil secara ekonomi dapat dilaksanakan dengan menerapkan sistem koperasi sesuai seperti yang mohammad hatta rumuskan.

Kemanusiaan ini sebenarnya tidak terlalu terkait dengan nasionalisme. Dunia modern ini tidak bisa dianggap jadi satu dunia lagi, maka ada segerombol orang yang menghuni wilayah tertentu kemudian saling melindungi satu sama lain itulah kemanusiaan lalu terbentuklah sebuah nasionalisme.

“Kalau kita mencintai bangsa dan negara dan mempunyai cita-cita yang tinggi, kita harus segera melakukan sesuatu yang mendatangkan kemaslahatan bagi penduduk indonesia. Penguasaan yang menaungi hajat orang banyak itu wajib dilaksanakan, penguasaan teknologi dan sumber daya alam,” ujar dia.

Menurut Abdullah Sahab, sesungguhnya perjuanggannya lah yang akan menjadi tolak ukur bagi kualitas seseorang manusia dalam memanusiakan dirinya, tidaklah melihat hasil akhir. Inilah proses dimana kita menjadi khalifah di muka bumi sesuai dengan yang diharapkan Allah SWT.

Sementara itu, Ketua LSP ITS, Amin Danar Noviyanto mengatakan antara lain; Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menunjuk kepada nilai-nilai dasar yang diterjemahkan dalam hak asasi sesuai dengan acuan, dilanjutkan dengan taraf kehidupan yang layak dan sistem pemerintahan yang demokratis dan adil.

“Kini hanya bangsa yang menghargai kemanusiaanlah yang bisa dikatakan bangsa yang beradab,” ujarnya.

Amin Danar mengungkapkan, bila mengutip kata-kata dari Mahatma Gandhi “My Nationality is Humanity”, maka, kemanusiaan yang adil dan beradab itu diliputi dan dijiwai oleh ketuhanan yang maha esa. “Sama halnya dengan Pancasila yang menjiwai persatuan indonesia, menjiwai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta menjiwai keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia,” sebutnya.***

alexa ComScore Quantcast
counter customisable
Google Analytics NOscript

0 comments:

Post a Comment