Monday, August 25, 2014

Pengamat: Muhaimin maju lagi jadi Ketum, PKB akan rugi

Pengamat: Muhaimin maju lagi jadi Ketum, PKB akan rugi




LENSAINDONESIA.COM: Sosok Muhaimin Iskandar yang digadang-gadang kembali akan maju lagi menjadi, Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dinilai bakal merugikan partai bentukan Abdurrahman Wahid itu untuk lima tahun ke depan.


Sebab, sikap Muhaimin selama ini semakin otoriter, karena kekuasannya semakin kuat. “Muhaimin ini tokoh sentral di PKB. Ibaratnya pemilik modal atau saham di PKB adalah Muhaimin, kalau ini terus dibiarkan bisa membahayakan partai lima tahun ke depan,” cetus Hariyadi, Pengamat Politik Universitas Airlangga Surabaya, Minggu (24/08/2014).


Baca juga: GEMASABA PKB gelar Qunut Nazilah, doakan Israel secepatnya hancur dan Laskar Ahlussunah Wal Jamaah kawal Jokowi-JK menang Pilpres


Hariyadi juga menilai, bila Cak Imin (sapaan akrab Muhaimin) masih memimpin sikap otoriternya akan terus muncul. Tak menutup kemungkinan ia bisa melakukan apa saja terhadap orang-orang yang tidak dikehendakinya. Bahkan orang yang tidak dikehendaki akan disingkirkan. Muhaimin akan mencari orang yang mau mengabdi pada Muhaimin, tapi tidak lagi pada kiai.


Disisi lain, Hariyadi juga mengakui DPP PKB selama dipegang Muhaimin Iskandar banyak kemajuan, namun karena ini tidak bisa terlepas dari posisinya sebagai menteri di kabinetnya SBY. Sebagai menteri, sedikit banyak material partai juga banyak dibantu. Padahal, di era nanti pemerintahan berubah. Apalagi setelah Presiden terpilih Jokowi menyatakan bahwa menteri harus melepaskan jabatan sebagai orang parpol.


“Kalau dia (Muhaimin) jadi menteri, tentu diuntungkan PKB. Tapi, bila tidak maka PKB bisa dirugikan bila masih saja menjadikan Ketua Umumnya Muhaimin Iskandar,” katanya.


Sementara menanggapi sikap para kiai yang tidak mendukung Muhaimin Iskandar maju lagi, justru merupakan peringatan keras bagi Muhaimin. Pernyataan para kiai itu, tegasnya, tidak bisa dianggap remeh. Meski para kiai sendiri selama ini peranannya sangat tidak signifikan di tingkat struktural.


“Tapi PKB masih butuh kiai, bila kiai tidak diberi peran apalagi disepelekan bisa membahayakan posisi PKB sendiri,” tukas Hariyadi.@sarifa


alexa ComScore Quantcast

Google Analytics NOscript

0 comments:

Post a Comment