LENSAINDONESIA.COM: Perempuan era global semakin tercerabut dari fitrahnya untuk hamil dan punya keturunan. Faktanya, tidak sedikit perusahaan melarang pegawainya hamil dalam waktu tertentu. Bila melanggar, resikonya dipecat. Bahkan, perusahaan jejaring sosial atau socia media (Sosmed) dan komputer terkemuka juga memberlakukan program dengan nama pembekuan sel telur. Intinya, melarang pegawai perempuan hamil dan punya anak selama bekerja.
Mencengangkan, dua perusahaan itu menyiapkan dana hingga US$ 20.000 atau setara Rp 200 juta untuk program ini. Perusahaan jejarang sosial sudah memulai program ini, namun perusahaan komputer berencana menerapkan Januari tahun depan. Ketika dikonfirmasi tentang hal ini, kedua perusahaan ini memilih tak memberikan komentar.
Baca juga: Balita tiga tahun mati, hidup, lalu mati lagi dan Perempuan harus terus pacu kualitas, tapi jangan kebablasan, Neng!
Rupanya, menikah dan punya anak dinilai penghambat utama karier dan perkembangan perusahaan. Karena itu, perusahaan harus mencegah karyawannya hamil. Berhubungan seks -sekalipun tanpa nikah– dalam hukum internasional, masuk kategori hak asasi manusia yang dilindungi, praktis upaya pencegahan adalah efeknya berupa kehamilan. Pembekuan sel telur menjadi salah satu cara pencegah kehamilan metode baru. Metode ini mulai populer dan diminati di negara-negara barat.
Kedua perusahaan tadi mengeluarkan kebijakan itu karena dalih tenaga perempuan di perusahaan masih minim. Microsoft, misalnya, hanya memiliki 29% tenaga perempuan, Google 30%, dan Facebook 31%. Perusahaan bidang teknis lebih sedikit lagi, hanya 15%.
Program pembekuan sel telur itu ditujukan agar makin banyak perempuan yang tertarik bergabung dengan perusahaan yang membuat kebijakan itu. Lantaran perempuan di negara-negara barat cenderung enggan buru-buru punya anak, lagi pula perusahaan mengiming-iming dana mencegah kehamilan, tak ayal perempuan belomba memasuki sektor kerja bidang itu.
“Di era abad ini, perempuan ada di persimpangan budaya dan generasi. Kami, para perempuan berharap dan menuntut kesempatan karir yang sama dengan pria,” kata salah satu perempuan di website eggsurance.com. Alhasil, diasumsikan komposisi penduduk di dunia barat tidak berimbang, satu sisi minim bayi dan anak-anak, di sisi lain jumlah usia dewasa dan Lansia menggemuk.
Akankah tren ini bakal melanda Indonesia? Punya anak itu investasi terkait ajaran agama, sekalipun setelah seseorang meninggal. Menjadi ibu rumah tangga –seks hanya dibingkai pernikahan– adalah kebanggaan. Selayaknya, perempuan Indonesia tidak latah meramaikan pasar dunia kerja di perusahaan yang mencerabut sosok perempuan dari fitrah punya anak dan mendidiknya hingga jadi anak bermanfaat bagi dunia. @
sumber voa_islam
0 comments:
Post a Comment