LENSAINDONESIA.COM: Indonesia masih kekurangan donor kornea mata. Hingga kini kebutuhan transplantasi kornea cukup tinggi yaitu 25 ribu antrean.
“Baru sekitar 5-10 persen penderita kebutaan yang bisa ter-cover untuk menerima transplantasi kornea. Padahal yang membutuhkan ribuan orang,” kata Ahli Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran UGM, Prof.Dr Suhardjo, Selasa (3/3/2015) di kampus setempat.
Baca juga: Inspiratif, anak penjual ikan ini bisa lulus cum laude di UGM dan Ika Dewi Ana ciptakan komposit pengganti tulang
Suhardjo menuturkan faktor budaya dan kesadaran masyarakat terhadap kebutaan yang masih rendah menjadi penyebab utama minimnya pendonor kornea dari dalam negeri. Karenanya untuk memenuhi kebutuhan transplantasi kornea mata, Indonesia sangat bergantung pada donor luar negeri.
“Sebenarnya kekurangan donor kornea bisa diatasi dengan donor dari negara lain. Seperti kita banyak minta donor ke Filipina, hanya saja cost service-nya besar yaitu 1.500 USD per kornea,” jelasnya.
Belum adanya kebijakan maupun undang-undang yang mengatur ketentuan donor, kata dia, turut menjadi penyebab minimnya aktivitas donor kornea. Tak seperti di Singapura dan Filipina yang ada dasar hukum sehingga donor korena melimpah.
“Filipina misalnya, ketentuan donor sudah diatur dalam undang-undang sehingga setiap orang meninggal langsung menjadi donor, kecuali mengajukan penolakan,” paparnya.
Suhardjo menyebutkan kebanyakan kasus kebutaan disebabkan karena adanya kekeruhan pada kornea mata akibat infeksi jamur, bakteri, ataupun virus. Pada penderita radang kornea dan ulkus kornea yang terinfeksi jamur, sebagian besar tidak dapat tertangani karena yang belum ada obatnya sehingga perlu pembedahan bahkan cangkok mata.
Namun begitu banyak pasien tidak tertolong karena kesulitan mendapatkan donor kornea.
“Di RS Mata Yap setiap minggu ada setidaknya 5 pasien keratokonus dan ulkus kornea yang mondok. Namun dalam sebulan kita baru bisa melayani cangkok mata paling banyak 2 pasien,” terangnya.@sita
0 comments:
Post a Comment