LENSAINDONESIA.COM: Pengamat Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia, Siti Zuhro menyayangkan inkonsistensi Amien Rais dalam berpolitik. Sebagai salah satu orang yang mendorong lahirnya reformasi, sikap politik Amien Rais saat ini menurutnya justru tidak menunjukkan sikap reformis yang dulu digadang-gadang olehnya.
“Dia dulu bilang jangan kolusi dan nepotisme dan harus ada regenerasi dalam kepemimpinan.Tapi pada prakteknya sejak PAN dilahirkan, Amien tidak pernah mau lepas dari PAN dan melakukan regenerasi.Bahkan saat ini dirinya ikut mendorong besannya, Zulkifli Hasan secara terang-terangan yang membuat kesan dirinya sangat kolutif dan nepotis,” ujar Siti ketika dihubungi wartawan, Minggu (1/3/2015),
Baca juga: Pemilihan ketum PAN dipercepat malam ini dan Kader PAN kepalanya bocor terkepruk kursi, pendukung Zulkifli Hasan
Amien sebagai seorang tokoh seharusnya tidak memihak kepada salah satu kadernya dalam perebutan tampuk ketua umum di PAN. Amien seharusnya bisa menjadi tokoh pemersatu di PAN, sehingga perpecahan seperti yang terjadi di partai lain tidak terjadi dalam tubuh PAN.
“Proses reformasi di PAN saya lihat hanya basa-basi saja kalau Amien terus-terusan dalam partai dan terus ikut menentukan siapa ketua umum PAN. Dia seharusnya jadi pemersatu bukan malah memecah belah partai yang didirikannya,” imbuhnya.
Ia mengkritik sikap Amien Rais yang sesumbar pemilihan dilakukan dengan cara damai. Jika benar, seharusnya Amien tidak ikut-ikutan memprovokasi dan menjelek-jelekkan kandidat lainnya. Apalagi jika dia mengatakan salah satu calon yaitu Hatta Radjasa sebagai pembohong. Amien harusnya berada diatas dua sosok ini, tidak berat sebelah.
Kedua calon itu relatif bisa diterima jika menang dengan demokratis karena kader PAN tahu kualitas masing-masing calon. “Setelah besannya siapa lagi? Anaknya yang juga mantu salah satu kandidat ketum?Sama saja bohong, politik jadi gersang teladan. Amien seharusnya mendorong kontestasi yang sehat antar kader sehingga siapapun yang menang akan senang karena didukung kader secara alamiah dan yang kalah juga tidak merasa sedih, karena memang kader menginginkannya,” tegasnya.
Terakhir dirinya pun mengingatkan Amien untuk mencontoh khulafaul rosyidin yang tidak mau menunjuk anak atau keluarganya untuk menjadi penggantinya. Amien harusnya sadar bahwa dengan keberpihakannya pada salah satu calon justru akan membuatnya malu. Kalau Zulkifli , yang didukungnya menang tipis, dia akan malu karena artinya pengaruhnya tidak lagi kuat,apalagi kalau Zulkifli kalah.
“Lagipula sejak awal berdirinya PAN tidak pernah bergeser dari posisi ke 5 dalam pemilu.Apakah ini artinya masyarakat sudah tidak percaya pada Amien ?Kok partai reformasi bisa kalah terus sama partai baru seperti Partai Demokrat dan Partai Gerindra? Jangan terus mengulang apa yang sudah terjadi. Jika pada periode lalu dia mendukung Hatta untuk aklamasi, sekarang harusnya dia tidak lakukan itu lagi. Toh kedua calon menurut saya oke semua,” tandasnya. @sita
0 comments:
Post a Comment