Friday, February 28, 2014

ITS raih akreditasi A, unggul “Lean and Bottom-led Organization”

ITS raih akreditasi A, unggul “Lean and Bottom-led Organization”




LENSAINDONESIA.COM: Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya kembali sukses meraih akreditasi dengan peringkat A berdasarkan penilaian Program Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT) dari Badan Akreditasi

Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).


Sebelumnya, ITS meraih akreditasi A sejak 2008. Kali ini, merupakan reakreditasi untuk jangka waktu lima tahun ke depan.


Baca juga: Tim Sapu Angin ITS empat kali berturut-turut rajai lomba mobil irit dan ITS, kampus dengan pelayanan terbaik nomor lima di Indonesia


ITS tercatat meraih akreditasi A di tahun 2014 bersama tujuh perguruan tinggi lain di Indonesia berdasarkan Surat Keputusan (SK) No. 015/SK/BAN-PT/Akred/PT/I/2014.


Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITS, Prof Dr Ing Herman Sasongko, mengatakan, ada tujuh standar yang menjadi penilaian BAN-PT terhadap akreditasi institusi.


Standar pertama, ketercapaian visi, misi, tujuan dan sasaran. Dalam mendukung visi ITS menjadi perguruan tinggi bereputasi internasional dalam sains, teknologi dan seni, ITS telah mendefinisikan langkah-langkah strategisnya dalam Rencana Strategis (Renstra) 2008-2017.


Standar kedua adalah tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan dan penjaminan mutu. Menurut Herman, ITS dinilai sangat baik dalam standar ini. Hal ini karena Sistem Penjaminan Mutu (SPM) ITS terhubung hingga ke level

jurusan. Salah satu strategi yang disorot sangat baik adalah Lean and Bottom-led Organization.


“Kalau kita lihat, organisasi di ITS lebih ramping, di mana pelaku utama diarahkan di bawah, yaitu jurusan dan laboratorium-laboratorium,” ujarnya.


Selain itu, SPM ITS disusun mengikuti siklus PDCA (Plan, Do, Check, Act) yang secara rutin dilakukan setahun sekali dan dimonitoring setiap empat bulan sekali melalui SIM Program Kerja (Simproker) dan Evaluasi Mutu

Institusi (EMI).


ITS juga mempunyai sistem akademik dan kepegawaian yang membantu proses penjaminan mutu akademik, di antaranya adalah SIM Akademik, SIM Kepegawaian dan Indeks Prestasi Dosen (IPD) yang telah terintegrasi dalam Sistem

Informasi Terintegrasi (Integra).


“Melalui Simproker dan EMI, kami menerapkan database single entry dan multipurpose data,” jelas Guru Besar Jurusan Teknik Mesin ini.


BAN-PT juga menilai mahasiswa dan lulusan. Mulai dari sistem rekrutmen dan seleksi calon mahasiswa hingga karya inovatif, hak paten dan produk fisik yang dihasilkan sebagai hasil penelitian.


Di antara yang meningkat tajam adalah riset yang teraplikasikan di dunia industri. Selain itu, ITS juga terus berupaya meningkatkan kualitas mahasiswanya melalui proses pembinaan yang terstuktur.


“Yang paling berkibar adalah dunia kemahasiswaan, banyak prestasi yang diraih mahasiswa ITS, dan itu adalah konsekuensi logis dari proses yang baik,” ungkap Herman.


Standar selanjutnya adalah Sumber Daya Manusia (SDM). ITS memiliki rasio 25 persen dosen bergelar doktor (S3), 45 persen berpendidikan master (S2) dan sisanya bergelar sarjana. Selain itu, menurut pria berkacamata ini, dosen

ITS cukup produktif dalam menghasilkan karya akademik.


“Publikasi internasional kami yang terindeks scopus meningkat tajam,” terangnya.


Standar kelima adalah kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik. ITS telah menerapkan Student Centered Learning (SCL). Yang menarik dari standar ini adalah ITS telah memilki kurikulum lokal yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.


Selain itu, mahasiswa tidak hanya dinilai dalam pembelajaran di kelas, tetapi juga menerapkan aksi nyata, misalnya dalam mata kuliah Pengantar Technopreneurship.


“Kami menerapkan extraordinary program, out of the box activity,” ucap profesor lulusan Jerman itu.


Hal lain yang menjadi penilaian adalah pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sistem informasi. Dalam hal ini, ITS telah memilki jaringan intranet yang reliable dengan konektivitas antar unit menggunakan serat optik.


Selain itu, bandwith yang disediakan Badan Teknologi dan Sitem Informasi (BTSI) mencapai 20 kbps per mahasiswa. Namun, Herman mengakui, ITS masih terkendala dalam pembiayaan peningkatan jumlah maupun pembaharuan fasilitas,

seperti laboratorium riset.


Standar terakhir adalah penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan kerjasama. Melalui program di bawah Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), ITS telah menerapkan Lab Based Education (LBE) serta

perluasan kerjasama internasional maupun industri.


Di samping itu, ITS juga memilki iklim keilmiahan yang kondusif, dibuktikan dengan banyaknya minat mahasiswa mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).


“Berturut-turut, kita selalu menghasilkan jumlah proposal PKM terbanyak, ini adalah rekor yang mengagumkan,” ujarnya bangga. @angga_perkasa


alexa ComScore Quantcast

Google Analytics NOscript

0 comments:

Post a Comment