LENSAINDONESIA.COM: Ratusan pegawai RS Premier Surabaya Jl Nginden Intan Barat, menggelar demo sejak pagi sampai sore, Jumat (28/2/2014). Massa menggelar aksi “menggugat” keadilan terkait diskriminasi antara karyawan lama dan baru.
Bahkan, massa mengancam akan melakukan demo sampai beberapa hari ke depan hingga tuntutan tercapai.
Baca juga: Kenaikan UMK Jatim 2014 disebut sesuai asas keseimbangan dan Gubernur janji penetapan UMK Jatim diumumkan tepat 21 November
Pegawai yang terdiri dari karyawan (administrasi, Satpam, helper, engineering, umum dan lainnya) dan perawat itu tergabung dalam Serikat Buruh Seluruh Indonesia (SBSI) RS Premien Surabaya.
Persoalan ini, menurut koordinator aksi, Tri, sebenarnya sudah dibahas sejak akhir 2013, saat ramai-ramainya pembahasan kenaikan UMK Surabaya. Sampai UMK Surabaya ditetapkan sesuai ketetapan Gubernur Pakde Karwo, 20 November 2013 sebesar Rp2,257 juta, pihak manajemen RS Premier Surabaya, belum memberlakukannya ke seluruh karyawan.
Informasinya, kenaikan itu hanya diberlakukan untuk para karyawan baru. Karyawan lama yang sudah belasan tahun bekerja, tak mendapat kenaikan apa pun. Hal inilah yang mereka anggap diskriminasi.
Sampai Pebruari ini pun, pembahasan terkait tuntutan karyawan agar ada pemerataan kebijakan, tak pernah dijalankan manajemen RS Premier Surabaya.
Diungkapkan salah satu karyawan, gajinya sebagai karyawan yang sudah 13 tahun bekerja dengan karyawan baru, hanya beda tipis. “Saya digaji Rp2,3 juta, itu sudah 13 tahunan bekerja. Karyawan yang baru saja masuk karena ada pemberlakukan UMK Surabaya, sudah digaji Rp2,2 juta,” Curhatnya.
“Ini kan tak adil dan dalih manajemen, UMK itu hanya berlaku bagi karyawan yang baru. Seharusnya, bagi karyawan lama dengan masa kerjanya tentu harus dihitung sehingga kenaikannya bisa dilihat dari elemen yang lain pula. Nah ini sama sekali tak ada kenaikan apapun,” tandas karyawan itu.
Sementara, HRD Manager RS Premier Surabaya Ariyanto sulit ditemui untuk konfirmasi. Namun, saat dihubungi via telepon, dia enggan berkomentar. HRD ini menyarankan, bertemu langsung dan menolak menjelaskan via telepon.
Kabarnya, saat aksi itu digelar, pihak manajemen RS Premier Surabaya yang ada di Jakarta juga turun ke Surabaya. Informasinya, sorenya, Direktur RS Premier Surabaya dr Hartono yang didampingi dari HRD manajemen RS Premier pusat (Jakarta) Warno, menjelaskan jika karyawan lama selama ini tak menyadari jika ada kelebihan lain dalam pembayaran gaji tersebut.
Bahkan dengan adanya tambahan itu menyebabkan total penerimaannya juga sudah sangat tinggi.
Selain itu, ada tambahan di Surabaya yang justru tak diberlakukan di dua RS Premier di Jakarta (Jatinegara dan Bintaro). Namun jika karyawan tetap tak puas, pihak manajemen memersilahkan karyawan untuk menggunakan jalur tripartit untuk menyelesaikannya. Yakni, melakukan pembahasan antara karyawan dan RS Premier yang dimediasi Dinas Tenaga Kerja Surabaya. @iwan_christiono
0 comments:
Post a Comment