Thursday, February 27, 2014

Mantan Panglima TNI era Gus Dur miris 27juta rakyat hidup miskin

Mantan Panglima TNI era Gus Dur miris 27juta rakyat hidup miskin




LENSAINDONESIA.COM: Kandidat Capres peserta Konvensi Demokrat, Jenderal (Purn TNI AD) Endriartono Sutarto mengaku terpanggil dan miris mencermati angka kemiskinan masih 27 juta jiwa. Angka ini tergolong besar, mengingat penduduk Indonesia mencapai214 juta jiwa.


Masalah kemiskinan itu, mantan Panglima TNI era Presiden Gus Dur ini menyimpulkan, bukan semata tanggungjawab pemerintah, melainkan seluruh eleman masyarakat. Untuk itu, dia berjanji ke depan –apalagi jika dirinya jadi Presiden RI– harus ada terobosan program yang mampu menekan angka kemiskinan.


Baca juga: Dino Patti Djalal siap kawinkan Amerika Serikat dengan Indonesia dan Demokrat tak terima Capresnya dibilang anak ingusan dalam politik


Endriartono berkeyakikan sektor pertanian merupakan sektor yang dapat membantu menurunkan angka kemiskinan. “Sektor ini mampu membuka lapangan kerja, sehingga otomatis tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan dapat ditekan,” kata Endriartono dalam diskusi publik di Hotel Prianger Bandung, Kamis (27/2/2014).


Sektor pertanian ini merupakan kantung-kantung dimana kemiskinan berada. Sektor pertanian ini mempekerjakan sekitar 40 persen tenaga kerja Indonesia.


Di samping masalah kemiskinan, Endrartono menemukan problem besar lainnya ada di masalah pendidikan. Sampai saat ini, tingkat lama pendidikan di Indonesia baru mencapai 5,6 tahun. Angka ini masih jauh dari apa yang dicanangkan program Wajib Belajar (wajar) Dikdas 9 tahun.


“Program Wajar Dikdas 9 tahun, sampai saat ini baru sebatas slogan semata. Untuk itu, perlu digenjot lagi, agar ke depan Indonesia memiliki SDM yang berkualitas dan berdaya saing”, kata mantan Panglima TNI ini.


Ditanya peserta diskusi, kenapa ikut konvensi Capres Demokrat? Endriartono seraya senyum, mengatakan, karena dirinya merasa terpanggil untuk memperbaiki dan meningkatkan hidup rakyat supaya terhindar dari garis kemiskinan.


Endrartono kembali mengaku pernah menjabat Komisaris Utama Pertamina hanya dalam waktu singkat, karena mengundurkan diri. Dia kembali membeberkan mundur disebabkan jumlah gaji terlalu besar, sementara tugasnya tidak terlalu berat.


“Karena saya melihat Pertamina sama sekali tidak melakukan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Walau pun PT yang profit oriented, tapi tidak semata-mata keuntungan yang dicari. Mengelola bahan yang sangat strategis untuk kepentingan rakyat,” kata Endriartono.


Menurut alumni SMAN 2 Bandung (1966-1967) ini, sejak dirinya ikut konvensi Capres Demokrat, hampir seluruh provinsi didatangi. Hasilnya, ternyata bikin hati miris, melihat kesenjangan hidup masyarakat perkotaan dengan pedesaan.


“Ada beberapa daerah masih kekurangan sekolah, kurang ruang kelas, bahkan ada kelas yang nyaris ambruk. Ada juga anak usia sekolah dengan terpaksa membantu orangtuanya mencari nafkah, sehingga tidak mengijinkan anaknya sekolah,” cerita Endrartono.


Terkait kondisi itu, lanjut Endrartono, “Akhirnya, saya bertekad bila nanti terpilih Capres Partai Demokrat, dan akhirnya jadi Presiden RI, tentunya mampu menciptakan terobosan untuk pengetasan kemiskinan dan meningkatkan SDM demi kemajuan negara dan bangsa Indonesia yang kita cintai bersama ini,” janji Endrartono, lagi. @husein.


alexa ComScore Quantcast

Google Analytics NOscript

0 comments:

Post a Comment