LENSAINDONESIA.COM: Komisi B, DPRD Jawa Timur berang, karena Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Surabaya, masih melakukan pemotongan sapi betina produktif.
Sebab, jika sapi betina produktif yang menjadi sumber bibit terus dihabisi, bisa dipastikan jumlah sapi di Jatim akan semakin menurun drastis.
Baca juga: DPRD Jatim agendakan undang sejumlah dinas terkait nasib petani
Agus Dono Wibawanto, Ketua Komisi B DPRD Jatim meminta, semua pihak benar-benar menjalankan amanat yang telah diatur dalam Perda Larangan Pemotongan Sapi dan Kerbau Betina Produktif.
“Ketentuan kita sudah jelas, tidak boleh menyembelih sapi betina produktif. Jika masih ada yang melakukannya, itu pelanggaran. Saya berharap seluruh dinas terkait dan RPH menjalankan Perda itu, apapun alasannya,” tegasnya pada LICOM, di Ruang Fraksi Partai Demokrat DPRD Jatim, Rabu (26/2/2014).
Disinggung soal sikap Dinas Peternakan (Disnak) Jatim yang terkesan melakukan pembiaran dalam hal ini, dia tidak menyalahkannya, Sebab penyembelihan daging menjadi ranah RPH.
“Tapi kita terus mengimbau semuanya menjalankan fungsi pemerintahan yang ada di daerah, terutama yang ada di sektor masalah perdagingan nasional,” katanya.
Pihaknya memperbolehkan sapi betina dipotong, asal yang sudah tak produktif lagi. Ketentuan itu juga harus disertai surat dari dokter hewan. “Jadi tidak sembarangan, tata caranya sudah diatur alam Perda kita,” imbuh Caleg asal Partai Demokrat DPRD Jatim Dapil V ini.
Diketahui, Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar (PPSDS) Jatim, masih menemukan praktik pemotongan sapi betina produktif di Surabaya. Ini karena langkanya stok sapi pejantan yang siap potong di Jatim, baik di pasar tradisional maupun dari program penggemukan.
Muthowif, Ketua PPSDS Jatim mengungkapkan, setiap harinya ada sekitar 10 sapi betina yang dipotong di seluruh RPH Surabaya. Padahal sudah ada sosialisasi soal larangan ini.
“Pedagang terpaksa memotong sapi betina, karena sapi jantan di pasaran sangat langka. Disnak Jatim bilang, stok yang ada di Jatim cukup, tapi nyatanya tidak. Yang ada pun harganya mahal,” tambah Muthowif.
Masih menurut Muthowif, target yang dicanangkan Disnak Jatim, bahwa pada tahun 2013 populasi sapi mencapai 5,3 juta ekor telah gagal. Buktinya, populasi sapi di Jatim terus menurun. Akibatnya, harga daging segar terus meroket mencapai Rp 93 ribu sampai dengan Rp 98 ribu/kg.@sarifa
0 comments:
Post a Comment