Thursday, February 27, 2014

MPR RI mirip EO, Pancasila kehilangan makna

MPR RI mirip EO, Pancasila kehilangan makna




LENSAINDONESIA.COM: Pancasila yang selama ini diangung–angungkan untuk menjaga kesatuan Negara Republik Indonesia (NKRI) mulai keluar dari roh para pendiri Bangsa. Sebab, nilai perjuangan yang tercantum dalam lima sila didalam pancasila sudah berubah saat era Orde Baru (Orba).


Perubahan itu akhirnya hanya menguntungkan beberapa elit politik serta para penguasa dan pengusaha.


Baca juga: Awas NKRI Pecah, PBNU desak kembali ke Pancasila sangat tepat dan Mahasiswa tolak Pancasila dimasukkan Empat Pilar Kebangsaan


Penilaian itu diutarakan Win Ariga aktivis KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) dalam diskusi bertema ‘Kritis 4 Pilar Bangsa’ di Kampus Universitas Brawijaya (UB) Malang, Kamis (27/02/2014).


“Pancasila adalah produk menyeramkan Orde Baru semua orang pasti tahu apa itu Pancasila. Namun bagaimana kabarnya Pancasila saat ini banyak yang tidak mengetahuinya,” ungkapnya.


Lebih jauh ia menjelaskan, bahwa ini terjadi karena kesalahan kita dalam memperlakukan Pancasila. Padahal, Presiden Soekarno mensejajarkan Pancasila dengan ideology lain, yaitu lahirlah konsep Nasakom-nya Bung Karno.


Di jaman Suharto dengan konsep Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila atau yang biasa dikenal P4, Pancasila dijadikan produk politik, jika menentang Negara (Presiden), berarti menentang Pancasila. Mereka menjadi ekstrimis baik kiri maupun kanan. Karena terlalu lama menjadi senjata penguasa, masyarakat menganggap Pancasila sebagai ‘sosok’ yang menyeramkan.


Sementara diawal-awal refromasi Pancasila pun dibuang. Sehingga tidak ada kewajiban bagi Parpol mencantumkan Pancasila sebagai asas. “Lha sekarang ini Pancasila hanya sebagai proyek yang dikemas dalam sosialisasi. Dan hanya menguntungkan bagi sekelompok elit,” ujar aktivis KAMMI asal Malang ini.


Sementara itu M Lukman Hakim, S.IP. MSi, Dosen Ilmu Pemerintahan Fisip UB, menyesalkan kinerja Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI) sebab kerjanya hanya sosialisasi empat pilar kebangsaan (Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945).


“Mereka seperi EO. Padahal di dalamnya (empat pilar kebangsan) ada pancasila. Tindakan mereka seperti bukan negarawan. Ini merendahklan martabat MPR. Selain seperti EO, MPR juga mempermainkan Pancasila,” kritiknya.


“Bila Indonesia itu sebuah rumah, maka ada pondasi, pilar dan atap.Dengan menempatkan pancasila sebagai pilar, bersama UUD 1945, NKRI dan Bhineka tunggal ika. Itu sama saja menempatkan pancasila dalam posisi bisa dirubah,” terangnya.


Menurutnya 3 dari empat pilar semua pernah mengalami perubahan, UUD 1945, selama masa-masa awal reformasi diamandemen sebanyak 4 kali, NKRI juga berubah-ubah dulu kita punya Timor Timor dan sekarang tidak punya. Sementara Bhineka Tunggal Ika, menyalahi arti yang terkandung dalam kitab Sutasoma Karya Empu Tantular, berbeda dalam bhineka adalah perbedaan keyakinan, bukan seperti saat ini.@ridwan_LICOM


alexa ComScore Quantcast

Google Analytics NOscript

0 comments:

Post a Comment