Friday, February 28, 2014

Pejabat Ponorogo cueki aset sejarah, 8 Arca hilang usik Kemendikbud

Pejabat Ponorogo cueki aset sejarah, 8 Arca hilang usik Kemendikbud




LENSAINDONESIA.COM: Kabar hilangnya arca yang tersimpan di lingkungan Pendopo Kabupaten Ponorogo sampai juga di Kementerian Kebudayaan RI.


Akhirnya, Kemenikbud terusik dan mengirim tim peniliti dari Balai Arkeologi Yogyakarta dan Balai Pelesatarian Cagar Budaya (BPCB Trowulan) untuk melakukan pengecekan.


Baca juga: Delapan arca di Pemkab Ponorogo hilang dan Gali pondasi pagar, tukang batu temukan arca perempuan cantik


Ditemui di lokasi tempat penyimpanan arca yang hilang, Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta, Siswanto, menyatakan, pihaknya mendapatkan pesan singkat dari Wakil Menteri Kebudayaan Wiendu Nuryanti untuk mengecek kebenaran berita di sejumlah media cetak yang menyebutkan beberapa arca purbakala di Pendopo Kabupaten Ponorogo telah hilang.


“Bu Wamen sendiri yang meng-SMS saya soal itu (hilangnya arca). Lalu bersamaan dengan penelitian kami di sekitar Ponorogo, kami datangi dinas terkait untuk konfirmasi dan pendopo sebagai lokasi untuk mengecek,” kata Siswanto di lokasi penempatan arca-arca di sekitar Pendopo Kabupaten Ponorogo.


Dari pengecekan, diketahui kedelapan arca dan potongan arca yang dilaporkan BPCB Trowulan memang tidak ada di tempatnya. “Hasilnya memang tidak ada dan sudah kami laporkan langsung ke Bu Wamen,” katanya.


Selain mengecek, tim juga mengidentifikasi arca yang masih ada di lokasi sekitar pendopo tersebut. Mulai dari memeriksa kondisi arca hingga melakukan dokumentasi.


Siswanto sempat menyayangkan minimnya perhatian Pemkab Ponorogo atas berbagai benda purbakala yang ada di lingkungan pendopo. Selain tidak ada papan informasi, di lokasi juga tidak ada pagar yang bisa membatasi akses warga ke benda tersebut. Benda-benda bernilai sejarah itu terlalu terbuka dan sangat rentan untuk rusak akibat sering dipegang.


Yang tidak kalah memprihatinkan, arca yang masih ada saat ini justru dicat warna perak. “Ini sangat berbahaya. Bisa merusak batunya,” katanya.


Rupanya, kurang perhatiannya pemerintahan di kabupaten ini mengindasikan bahwa pejabat Ponorogo kurang peduli atau tidak mensyukuri asset kesejarahan daerah yang nilainya tak terukur. Bahkan, benda-benda seperti ini sangat diburu para kolektor benda-benda bersejarah di luar negeri.


Soal hilangnya patung, sebenarnya pihak terkait bisa melakukan pelaporan ke polisi. Ini karena menurutnya telah terjadi pelanggaran UU nomor 11 tahun 2010 tentang cagar budaya.


“Semua diatur di situ. Nah dinas terkait dan Pemkab Ponorogo harus paham itu. Kalau pagar fisik tidak bisa, pagar manusia artinya orang-orang di sini paham soal pentingnya tinggalan sejarah, maka akan aman,” ujarnya.


Arkeolog dari BPCB Trowulan Aris Sumarno menyatakan, kedelapan arca yang hilang adalah dua fragmen arca, satu arca manusia, satu fragmen arca Nandi, satu fragmen arca Agastya, satu fragmen arca Ganesha, dan dua batu candi.


Di luar pendopo, BPCB Trowulan mencatat ada dua arca yang hilang. Yaitu satu fragmen arca di Desa Bedingin, Kecamatan Sambit dan arca Dwarapala di Desa Setono, Kecamatan Jenangan.


Terpisah, Bupati Ponorogo Amin mengaku belum mengetahui kabar hilangnya sejumlah tinggalan purbakala di lingkungan kerjanya. “Lho arca sebelah mana? Saya belum pernah dikonfirmasi dari BPCB. Kalau hilang ya dicari lah. Saya belum tahu. Disbudparpora juga belum lapor.


Sebelah mana ya, berapa kok saya belum tahu ya. Cara pengamanan kayak apa saya kok juga tidak tahu,” ujarnya. @arso


alexa ComScore Quantcast

Google Analytics NOscript

0 comments:

Post a Comment