LENSAINDONESIA.COM: Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para duta besar Indonesia untuk negara asing untuk mengedepankan diplomasi ekonomi. Ia menyebutkan, para duta besar Indonesia harus mempunyai insting tajam untuk melihat potensi ekonomi yang ada di negara penempatannya.
“Sebetulnya peluang ada di mana-mana dan kesempatan yang diambil di sebelah mana, kelihatan sekali. Selama tiga bulan menjadi presiden, 90 persen urusannya soal ekonomi,” kata Presiden Jokowi saat membuka Rapat Kerja (Raker) Pimpinan Kementerian Luar Negeri dengan Perwakilan Indonesia di Luar Negeri, di Gedung Pancasila, Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin (2/2).
Baca juga: Overaktif, Jokowi diminta tunjuk jubir dan BUMN berstatus Tbk tak layak dapat suntikan PMN
Presiden Jokowi menuturkan pengalamannya selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, pada 2012-2014. Selama dua tahun menjabat gubernur DKI Jakarta, kata Jokowi, sebagian besar atau sekitar 99 persen urusan yang ditanganinya bersama para perwakilan negara sahabat di Indonesia adalah menyangkut ekonomi.
Ia mengambil contoh, saat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana akan membangun proyek mass rapid transportation (MRT), banyak duta besar yang datang menemuinya untuk menanyakan apa saja yang bisa disediakan perusahaan dari negara asal mereka.
“Para dubes datang dan bertanya kepada saya, kereta dibeli di mana. Bisa tidak negara saya, apakah ada perusahaan yang ikut. Ada lagi yang tanya, mesin untuk mengebor bisa ikut. Kalau ada pekerjaan besar, dubesnya aktif,” kata Presiden Jokowi.
Rapat Kerja Pimpinan Kementerian Luar Negeri dengan Perwakilan Indonesia di Luar Negeri yang dilaksanakan mulai tanggal 2–5 Februari 2015 itu, diikuti oleh 132 kepala perwakilan, duta besar, konsulat jenderal dan kuasa tetap Indonesia yang ditempatkan.@sita
0 comments:
Post a Comment