LENSAINDONESIA.COM: Peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60, membawa kebangaan tersendiri bagi Engkos (35), warga Kecamatan Caringin, Garut Jawa Barat ini.
Dialah satu-satunya ahli poles batu mulia, yang dipercaya membawahi tim kecil ahli poles batu liontin Pancawarna Endong untuk souvenir para isteri peserta KAA, ter- masuk petinggi negara dari kalangan perempuan.
Baca juga: Batu Liontin Pancawarna Garut mendunia, bupatinya harus kreatif dan Libatkan ahli poles, akik Pancawarna untuk para kepala negara KAA
Lebih membahagiakan Engkos lagi, dia tidak ditunjuk hanya sebagai pemoles batu
liontin para isteri kepala negara atau petinggi negara lebih seratus negara peserta KAA, 25 April 2015 mendatang. Tapi, Engkos juga dipercaya memoles dan mem- perindah batu liontin yang akan diserahkan kepada Ibu Negara Iriana, isteri Presiden Joko Widodo.
“Jelas bangga sekali, karena bisa memoles batu yang nantinya dipakai istri-istri Kepala Negara. Juga batu liontin untuk Ibu Iriani isteri Presiden Jokowi,” ujar nya, tersenyum, Kamis (16/4/2015).
Menurutnya, pekerjaan melakukan pemolesan batu akik atau liontin sudah dila- koninya sejak 20 tahun lalu. Namun baru kali ini, dirinya dilibatkan untuk pengerjaan pemolesan batu liontin yang akan dipakai banyak isteri kepala negara. Apalagi, jumlahnya sampai seratus orang.
“Saya tidak pernah ada firasat akan mengerjakan untuk orang-orang terhormat ini,” tuturnya.
Dalam pengerjaan ini, Engkos tidak sendirian. Dia memboyong pekerja yang kerap membantu poles batu dirumahnya. Mereka sudah terampil dalam melakukan pemo- lesan. “Jika dikerjakan sendiri jelas tidak akan terkejar waktunya,” jelas Engkos.
Ketika LICOM mendesak berapa upah melakukan pemolesan souvernir para petinggi negara, dia mengatakan, soal upah tidak menjadi perhitungan. “Yang jelas jika untuk kemajuan Kabupaten Garut, urusan upah tidak jadi itungan. Dilibatkan saja, saya sudah bangga,” ucapnya.
Diakuinya, sebelum mengerjakan pemolesan batu akik untuk liontin souvenir Kon- frenasi Asia Afrika ini, Engkos sempat ditawari untuk membantu buka bisnis baru khusus batu mulia di Jakarta oleh pengusaha asal Belanda. Namun, tawaran itu ditolaknya. Lantaran dirinya terlanjur ditunjuk sebagai pemoles batu liontin persembahan Koperasi Lasminingrat.
Penolakan tawaran itu sangat beralasan. Salah satunya, Engkos mengaku ingin membawa harum dulu Kabupaten Garut, yang merupakan tanah kelahirannya.
“Sudah cukup saya bekerja membantu Lasminingrat dalam menyiapkan souvenir untuk KAA. Walaupun mengerjakannya harus pulang pergi,” katanya. Maklum, rumah Engkos dengan pekerjaannya jaraknya nyaris sama Bandung-Jakarta.
“Saya mengerjakannya (memoles) di Galeri Lasminingrat. Sedangkan tidur saya di rumah. Jadi dikerjakannya sambil waktu habis di jalan karena setiap hari harus
pulang pergi,” jelas Engkos. @taufiq_akbar
0 comments:
Post a Comment