LENSAINDONESIA.COM: Dalam beberapa hari ini keberadaan liquid petroleum gas (LPG) ukuran 3 Kg di Kota Semarang dan sekitarnya susah didapat alias langka. Jika pun ada, harganya melambung tinggi dari HET (Harga Eceran Tertinggi).
Berdasar amatan LICOM di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang, beberapa pengecer kehabisan stok, baik ukuran 3 Kg maupun 12 Kg tak satupun tersedia.
Baca juga: Gagal gantung diri, buronan malah masuk tahanan polisi dan Musim hujan, sebagian besar jalan di Semarang rusak parah
Rabani (35), salah satu pengecer di Tirta Gas menyatakan, beberapa hari ini dirinya tidak mendapatkan jatah setoran gas dari distributor.
Ketika ditanya, alasannya stock dari distributor juga sudah habis. “Tidak ada kiriman dalam bebeberapa hari ini, banyak pembeli yang datang juga kecewa karena tidak ada gas,“ kata Rabani pada LICOM, Minggu (02/02/2014).
Sementara itu, Kasanah (33), salah satu ibu rumah tangga di Perum Ngaliyan menyatakan, sejak pagi dirinya sudah muter-muter ke beberapa pengecer gas.
Hasilnya, semua stok LPG 3 Kg habis di pasaran. “Sejak pagi tadi saya muter mencari gas mas, tapi semua stok di beberapa pengecer habis. Saya bingung nih cari kemana lagi,“ tandasnya.
Karena begitu membutuhkan, Kasanah pun terus berupaya. Namun yang didapatkannya hanya LPG ukuran 12 Kg saja. Padahal dirinya tidak mempunyai tabung ukuran 12 Kg yang harus ditukarkan.
“Yang ukuran 3 kg habis, ada beberapa pengecer tapi ukuran 12 Kg. Tapi saya tidak punya tabung 12 Kg untuk ditukarkan,“ lanjutnya.
Hampir sama di Semarang, di wilayah Grobogan Jawa Tengah keberadaan LPG 3 Kg merata langka. Akibatnya, ibu-ibu rumah tangga yang berada di wilayah Kecamatan Grobogan mengeluh.
Kelangkaan LPG 3 kg sudah dialami masyarakat sejak beberapa hari terakhir. Salah satu warga, Rina Listiyana (30) mengungkapkan, kelangkaan LPG 3 kg sudah dirasakan sejak seminggu ini.
Warga harus mencarinya sampai berkeliling mulai dari pangkalan sampai ke warung-warung yang biasa menyediakan tabung gas ukuran 3 kg.
“Untuk mendapatkan gas LPG ukuran 3 kg sangat susah, sampai-sampai kami mencari di luar Kecamatan Grobogan,” ungkap Elmi.
Hal senada dikatakan Ita (36), ibu dua anak ini mengatakan, akibat kelangkaan LPG 3 kg itu ia harus kembali seperti dulu kala memasak dengan menggunakan kompor dan kayu api.
“Daripada tidak bisa memasak yang biasanya memakai kompor gas, sekarang saya menggunakan kompor biasa dan kayu api, meskipun untuk memperoleh minyak tanah cukup sulit. Kalaupun ada, harganya cukup mahal,” keluh Ita.
Mahalnya harga LPG ini pun harus dibarengi dengan antre berjubel di bebeberapa pengecer. “Di beberapa distributor habis, di pengecer harus antre dengan harga yang tidak biasanya, cukup mahal“ lanjutnya.
Dirinya mengharapkan pemerintah untuk sigap dan tanggungjawab. “Jika ada kelangkaan, segeralah pemerintah turun dan tanggap. Jangan masyarakat yang terus dipermainkan,“ tutupnya.@nur
0 comments:
Post a Comment